Sebagaimana disampaikan warga Air Raman, Heri Susanto (33). Areal perkebunan lada miliknya seluas 1,5 Ha yang terdiri dari 450 batang lada. \"Hanya saja sekarang ini tinggal 300 batang saja lagi, karena 150 batang lainnya sudah mati. Padahal sekarang ini tanaman lada milik saya dan petani lainnya sudah berbuah dan segera panen, tapi kenyataannya panen lada dalam jumlah banyak tinggal impian saja,\" sesal Heri.
Dijelaskannya, sebelum mati tanaman lada miliknya terlebih dahulu terlihat daunnya menguning. Tidak lama kemudian langsung mati secara tiba-tiba.
\"Kami menduga kena serangan hama dan penyakit, hanya saja kami tidak tahu bagaimana mengatasinya. Matinya tanaman lada kami sudah dikonsultasikan dengan instansi terkait, sayangnya hingga sekarang belum ada tindak lanjutnya,\" kata Heri.
Senada juga dikatakan warga Embong Ijuk, Hajar (52). Menurutnya, bukan tanaman lada miliknya saja yang mati, tetapi rata-rata tanaman lada milik warga sedesa dengannya juga mengalami nasib serupa.
\"Kami sangat menyayangkannya, terlebih harga jual lada sekarang sangat menjanjikan, yakni mencapai Rp 100 ribu per kilogram. Kalau seperti ini nantinya bisa jadi ada petani yang stres,\" ujar Hajar.
Ia mengharapkan, instansi terkait di Pemkab Kepahiang dapat segera menindaklanjuti, sehingga nantinya tanaman lada milik warga yang mati tidak terus bertambah. \"Seperti milik saya saja, luasnya mencapai 2,5 Ha. Sekarang ini sudah setengah lebih yang mati, padahal bulan depan lada kami para petani mulai panen. Namun dengan kondisi yang ada sekarang jauh dari yang diharapkan,\" tandasnya.(505)