BENGKULU, BE - Banyaknya kekerasan yang terjadi pada kaum perempuan, membuat Yayasan Cahaya Perempuan Women`s Crisis Center (WCC) Bengkulu, menilai saat ini Bengkulu dalam keadaan darurut kekerasan. Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Eksekutif Cahaya Perempuan WCC Bengkulu Ir Tety Sumetri melalui Manager Program, Juniarti Boermansyah. Bahwa dari hasil rilis data WCC Bengkulu, sejak tahun 2012 hingga 2013, angka kekerasan sudah mencapai 270 kasus kekerasan pada perempuan. Hal tersebut disampaikan saat menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama tokoh agama dan tokoh adat Kota Bengkulu, di ruang pertemuan Hotel Nala Sea Side Pantai Panjang, pada hari Kamis (21/5) sekitar pukul 09.00 WIB.
\"Saat ini Bengkulu memang sudah darurat kekerasan pada perempuan. Kekerasan tersebut meliputi, kekerasan fisik, seksual, fsikis, eksploitasi, penelantaran yang saat ini sudah semakin tinggi angkanya. Terlebih saat ini, Bengkulu juga sudah menjadi nomor satu pada kasus inses (hubungan sedarah) sesuai data yang diungkapkan oleh Menteri Sosial Republik Indonesia, beberapa bulan yang lalu,\" jelas Juniarti kepada BE, kemarin (21/5).
Lanjutnya, pada korban kekerasan seksual mengalami Kehamilan Tak Diinginkan (KTD), data yang diperoleh WCC Bengkulu, tahun 2011 tercatat 9 dari 52 kasus mengalami KTD. Kemudian pada tahun 2012 terdapat 8 dari 35 kasus, mengalami KTD. Sedangkan pada tahun 2013, 5 dari 30 kasus mengalami KTD. Hal tersebut dipengaruhi akibat pergaulan bebas, kurangnya kontrol orang tua, lemahnya iman, kemiskinan dan budaya patriarki, untuk perempuan berusia kurang dari 20 tahun. Sedangkan untuk perempuan berusia 35 keatas, faktor yang mempengaruhinya ialah akibat kegagalan alat kontrasepsi atau keengganan menggunakan alat kontrasepsi lagi, kehamilan dengan kondisi jumlah anak banyak, mengidap penyakit tertentu, akibat kemiskinan dan budaya patriarki. Tapi kalau perempuan akibat penyerangan seksual atau pemerkosaan, faktor terjadinya KTD tersebut ialah akibat keterbelakangan fisik dan nonfisik, rendahnya tingkat pendidikan, ketidak amanan ditempat kerja maupun ditempat umum, serta kemiskianan dan budaya patriarki.
Maka dengan hal tersebut, Cahaya Perempuan WCC Bengkulu, mengundang para tokoh agama dan adat kota bengkulu, untuk melakukan diskusi demi memecahkan permasalahan tersebut. Karena para tokoh agama dan adat tersebut memiliki peran strategis dalam kehidupan masyarakat dan pemerintah. \"Dengan adanya diskusi ini, kita harapkan nanti perempuan memperoleh perlindungan dan pemenuhan hak-hak kesehatan seksual. Agar tentunya, kasus kekerasan pada perempuan tersebut dapat teratas,\" pungkas Juniarti. (cw2)