Raja Kasultanan Jogjakarta itu menjelaskan dawuhraja tentang putrinya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) yang kini memiliki gelar baru sebagai GKR Mangkubumi.
Sedangkan bunyi dawuhraja tentang penetapan Pembayun sebagai Mangkubumi adalah sebagai berikut: hanetepake putri ingsung Gusti Kanjeng Ratu Pembayun, katetepake GKR Mangkubumi Hamemayu Hayungin Bawono langgeng ing Mataram. (menetapkan GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi yang memperindah indahnya Bumi Mataram, red).
Dari penjelasan Sultan, setidaknya ada empat hal berbau mistis spiritual:
1. Menurut Sultan, dirinya hanya menjalankan perintah dari para leluhurnya sehingga mengeluarkan dawuhraja, sehingga menetapkan gelar GKR Mangkubumi untuk Pembayun.
\"Tapi ini dawuh Allah melalui leluhur saya. Saya menyampaikan titah dawuh ini kepada orang lain,\" ucap Sultan.
2. Sultan menerima \"perintah\" dari para leluhurnya di sebuah tempat khusus di dalam kawasan Kraton. \"Saya punya tempat sendiri di kraton, tidak punya guru atau dukun. Kalau Juru Kunci ada,\" ujar Sultan.
3. Sultan mengaku mendapatkan \"perintah\" dari para leluhurnya pada 30 April 2015, Kamis Wage. Ini bertepatan weton (hari lahir menurut pasaran Jawa) Pembayun.
\"Saya sendiri juga tidak tahu. Misalnya, tanggal 30 April itu Kamis Wage, begitu terjadi. Kanjeng Ratu Mangkubumi (GKR Pembayun, red) juga Kamis Wage,\" kata Sultan, yang wetonnya juga Wage.
4. Saat berstatus sebagai putri mahkota, usia Pembayun 43 tahun. Ia dilahirkan dengan nama Gusti Raden Ajeng (GRAj) Nurmalitasari di Bogor, 24 Februari 1972.
Ini sama dengan usia ayahnya ketika menjadi putra mahkota dan kemudian menjadi sultan. Umurnya juga 43 tahun. HB X lahir 4 April 1946 dan dinobatkan pada 7 Maret 1989. (sam/mas/ara/jpnn)