Kerja Dari Subuh, Upah Tak Seberapa

Senin 23-02-2015,15:40 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Usia senja tak menghalangi beberapa wanita lanjut usia dalam mencari nafkah hidup. Disisa usia mereka, seharusnya bisa menikmati masa tua, namun justru mereka harus melawan kerasnya hidup dengan menjadi buruh tani di kawasan Persawahan Kelurahan Talang Benih Kecamatan Curup Kabupaten Rejang Lebong. ================ Ari Apriko,   Rejang Lebong ================ UDARA mendung menyelimuti daerah lumbung padi Rejang Lebong selama hari Minggu (22/2) kemarin, sepertinya menjadi berkah sendiri bagi sekelompok wanita lanjut usia yang bekerja di tengah persawahan Kelurahan Talang Benih. Nenek-nenek usia senja ini harus bekerja diusia senja untuk menutupi kebutuhan hidup rumah tangganya dengan menjadi buruh tani di kawasan sejak lama terkenal dengan daerah penghasil beras di Rejang Lebong tersebut. \"Untung hari ini mendung, jadi kita tidak terlalu kepanasan,\" ujar Surfiah (55). Meskipun, ia mengaku sudah terbiasa dengan hujan maupun panas. Dalam menjadi buruh tani pada musim panen ia mengaku bersama rekan-rekannya mulai dari subuh sudah berada disawah untuk memulai aktifitas. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 5 hingga 8 orang. Mereka mulai bekerja dengan menebas atau mengarit batang pada yang sudah siap dipanen. Hasil aritan akan dikumpulkan bersama kelompok masing-masing. Setelah selesai mengarit kemudian tugas mereka tidak hanya sampai disitu melainkan juga merontokan padi dengan memukulkannya pada tempat yang menyerupai meja namun dimiringkan. Saat tahap ini mereka membagi tugas masing-masing ada yang merontok ada juga yang membersihkan gabah dari batang padi yang ikut saat dirontokkan dan ada juga yang memisahkan antara gabah yang berisi beras dengan tidak. Dibandingkan dengan usaha yang mereka lakukan sejak matahari terbut. Upah yang mereka terima terbilang sedikit dan tidak sebanding. Upah yang mereka terima yaitu gabah hasil rontokan atau yang dikenal dengan istilah bawon. Untuk perhitungan upah ini sudah menjadi kesepakan bersama dengan istilah 7 keluar satu. Dimana setiap tujuh kaleng atau tujuh karung gabah maka satu kaleng atau satu karung gabah akan menjadi milik kelompok pekerja. \"Sebelumnya upah kami 6 keluar 1, namun saat ini naik menjadi tujuh keluar satu, kami tidak tahu kenapa mungkin karena harga beras saat ini sedang naik,\" jelas Surfiah. Dari hasil kerja yang mereka lakukan pada hari minggu kemaren Surfiah dan kelompoknya mendapatkan upah sebanyak 4 kaleng gabah basah. empat kaleng gabah tersebut akan mereka bagi menjadi lima orang. Bila sudah menjadi beras maka satu orang pekerja bisa mendapat sekitar 2 hingga tiga cupak (takaran beras dengan volume sekitar 2 liter). Angka tersebut tentunya sangat jauh dari harapan mengingat untuk merubahnya menjadi beras mereka harus menjemur dan menumpuk gabah terlebih dahulu dan tentunya membutuhkan waktu dan tenaga lagi. \"Ya mau kayak mana lagi mas, demi menyambung hidup harus tetap kita jalani pekerjaan ini,\" ujar nenek lainnya yang satu kelompok dengan Surfiah. Selain menjadi buruh panen, mereka juga mengaku kerap menjadi buruh tanam. Untuk menjadi buruh tanam Surifah mengaku dalam seharinya diberi upah Rp 30 ribu dan makan siang gratis dari pemilik sawah. Mereka bersyukur aktifitas pertanian dikawasan Talang Benih tidak bersamaan dimana ada yang sudah panen dan ada yang baru menanam sehingga peluang mereka untuk bekerja selalu ada.(**)

Tags :
Kategori :

Terkait