BENGKULU, BE - Angka inflasi di Provinsi Bengkulu telah menembus angka 10,85 persen. Deputi Kepala Bank Indonesia Bengkulu H Bambang Himawan mengatakan, salah satu faktor yang menyababkan tingginya inflasi tersebut adalah ketergantungan Provinsi Bengkulu terhadap produk-produk yang berasal dari luar. \"Provinsi Bengkulu ini sangat bergantung dengan barang-barang dari luar seperti dari Lampung, Palembang, Jambi, dan Riau. Begitu harga bahan bakar minyak naik, karena ia didatangkan dari tempat yang jauh, maka otomatis semua harga barang-barang itu melonjak tajam. Ini yang menyumbang inflasi di Bengkulu cukup besar,\" katanya dalam jumpa pers yang diselenggarakan usai koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di kantor Bank Indonesia, Senin (19/1). Untuk menahan laju inflasi tersebut, lanjutnya, TIPD Provinsi Bengkulu akan melakukan 3 skenario utama. Pertama dengan mendorong peningkatan hasil produksi dan menjamin kelancaran distribusi barang hingga kepada konsumen dan pengguna langsung. Kedua, dengan melakukan rekayasa permintaan atau rekayasa demand, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Ketiga, dengan memberikan obat paska inflasi. \"Sebenarnya tips-tips ini sudah diajarkan dalam agama, seperti berpuasa Senin-Kamis, atau berhenti makan sebelum kenyang. Kemudian untuk menormalisasikan daya beli masyarakat bisa dengan cara mengendalikan dana-dana sosial agar ada dinamisasi dan optimalisasi penyaluran dana-dana sosial seperi Dompet Dhu\'afa dan Rumah Zakat. Bisa juga misalnya dengan gerakan One Day No Rice,\" ungkapnya. Sementara Kepala Bulog Divre Bengkulu, Sugeng Rahayu, menyatakan, guna menekan inflasi yang tinggi, pihaknya telah melakukan operasi pasar khusus hampir di semua kecamatan se Provinsi Bengkulu. Dengan operasi khusus ini, Bulog menyediakan beras kepada masyarakat dengan harga yang relatif terjangkau. \"Per tanggal 17 Januari 2015 ini, penyalurannya sudah mencapai 51 persen. Kami mengimbau kepada desa atau kecamatan yang belum mengambil jatah beras ini, silahkan diambil. Karena program ini hanya sampai 31 Desember 2015 ini,\" ujarnya. Disamping itu, pihaknya juga akan melakukan operasi pasar murni dengan menggunakan cadangan beras milik pemerintah sebanyak 1313 ton. Harga beras yang akan dijual dalam operasi pasar murni hanya Rp1.600 per kilo atau sama dengan beras untuk rakyat miskin (raskin). \"Karena memang pada bulan November hingga Desember 2014 kemarin tidak ada raskin, maka programnya kami ganti dengan program ini. Ini juga dalam rangka membantu penyediaan beras di pasar,\" ungkapnya. \"Saat ini Bulog masih mempunyai stok 10 ribu ton beras. Sebanyak 7 ribu ton ada di gudang kami dan 3 ribu ton masih dalam perjalanan. Jumlah ini cukup untuk 5 bulan penyaluran,\" pungkasnya. (009)
Konsumsi Produk Luar Picu Inflasi Tinggi
Selasa 20-01-2015,11:10 WIB
Editor : Rajman Azhar
Kategori :