Beberapa Kali Alami Guncangan, Penumpang Terus Sebut Nama Tuhan PERISTIWA jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 pada Minggu (28/12) tidak membuat maskapai low cost carrier itu menghentikan penerbangan dengan rute, jadwal, serta nomor penerbangan yang sama. Wartawan Jawa Pos TOMY C. GUTOMO kemarin (31/12) pagi secara khusus merasakan suasana penerbangan jurusan Surabaya-Singapura itu. ANTREAN di empat konter check-in penerbangan internasional AirAsia di Terminal 2 Bandara Juanda, Sidoarjo, pukul 03.30 dini hari kemarin tidak begitu penuh. Semua tercatat sebagai calon penumpang pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 yang akan bertolak ke Singapura pukul 05.20 seperti penerbangan Minggu lalu yang akhirnya jatuh di sekitar Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Para penumpang rata-rata adalah keluarga yang akan merayakan malam tahun baru di Negeri Singa itu. Penerbangan kemarin pagi merupakan penerbangan kali kedua AirAsia QZ8501 setelah peristiwa Minggu itu. Yang pertama pada Senin (29/12). Dalam sepekan, AirAsia memang hanya empat kali terbang dengan rute Surabaya-Singapura. Yakni, pada Minggu, Senin, Rabu, dan Jumat dengan nomor penerbangan yang selalu sama: QZ8501. Peristiwa Minggu pagi lalu masih menjadi pembicaraan hangat para calon penumpang yang antre di depan loket check-in.\'\' Terutama mengenai penemuan serpihan pesawat dan sejumlah korban pada Selasa (30/12). \'\'Saya sudah beli tiket dua bulan lalu. Kalau sudah takdir, kita bisa apa?\'\' kata Edi S., warga Dharmahusada, Surabaya, yang berangkat bersama rombongan keluarga. Selain istri, pria 68 tahun itu pergi bersama anak, menantu, serta cucu. Mereka akan merayakan malam pergantian tahun di Singapura dan Johor Bahru, Malaysia. Edi menceritakan, ketika mendengar kabar AirAsia QZ8501 kehilangan kontak, keluarganya sempat diliputi rasa waswas. Karena itu, mereka lalu berunding untuk memutuskan tetap berangkat atau batal. Hasilnya, sebagian besar anggota keluarga memilih tetap melanjutkan rencana liburan ke negeri jiran tersebut. Keputusan itu semakin bulat setelah kabar terbaru menyebutkan bahwa AirAsia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata telah ditemukan. \'\'Ya sudah, kami putuskan untuk tetap berangkat,\'\' ujar Edi. Berbeda dengan Ari Noviantika. Penumpang asal Banyuwangi yang juga karyawan perusahaan perkapalan di Singapura itu menyatakan, dirinya sama sekali tidak terpengaruh peristiwa jatuhnya AirAsia QZ8501. Apalagi, hampir setiap dua minggu sekali Ari menggunakan alat transportasi udara itu untuk pulang kampung. Tiket penerbangan kemarin dia beli pada 17 Desember lalu. \'\'Saya selalu naik ini (AirAsia QZ8501) ketika kembali ke Singapura.\" Sekitar pukul 04.40 penumpang mulai memasuki badan pesawat. Saya sengaja masuk yang pertama agar bisa merasakan \"suasana lain\" berada di pesawat dengan nomor penerbangan, rute, dan jadwal yang sama dengan penerbangan AirAsia QZ8501 Minggu lalu. Setelah semua penumpang masuk, dari 180 kursi, ternyata yang terisi hanya 155. Yang kosong 25 kursi. Jumlah 155 penumpang itu sama persis dengan penumpang AirAsia QZ8501 yang jatuh Minggu lalu. \"Seharusnya hari ini penuh,\" kata Rahajeng, pramugari yang bertugas pagi itu, yang dibenarkan temannya, Irma Lestari. Saya sebenarnya sudah \"kehabisan\" tiket untuk penerbangan kemarin. Sebab, ketika saya mencoba reservasi pada Senin malam (29/12), tiket sudah habis. Hingga Selasa siang kondisinya tetap sama, sold out. Namun, \"anehnya\", pada Selasa malam tersedia sembilan tiket. Artinya, saat itu ada sembilan penumpang yang membatalkan keberangkatan. \"Puji Tuhan, Mas, penumpang tidak banyak yang cancel. Itu artinya mereka masih confident,\" kata Kapten Wimar Adi Nugroho, pilot yang menerbangkan QZ8501 kemarin. Berbeda halnya dengan penerbangan QZ8501 Senin (29/12) atau sehari setelah peristiwa nahas terjadi. Penumpang yang cancel hari itu lebih banyak daripada kemarin. Tapi, Wimar tidak tahu persis angka penumpang yang cancel. Dia mendengar cerita dari rekannya. Pada penerbangan kemarin, sebenarnya pihak AirAsia sempat mengubah nomor penerbangan QZ8501 menjadi QZ678. Nomor penerbangan baru itu sempat muncul di website AirAsia dan itinerary. Namun, pada Selasa malam, pukul 23.10, SMS center AirAsia mengirim pesan kepada para calon penumpang bahwa nomor penerbangan QZ678 dikembalikan ke nomor penerbangan QZ8501. Menurut Wimar, perubahan nomor penerbangan tidak begitu saja bisa dilakukan. \"Harus ada persetujuan dari pihak bandara di Surabaya, Singapura, dan Jakarta. Mengubah nomor penerbangan itu bisa memengaruhi sistem penerbangan,\" jelas dia. Sesuai jadwal, pesawat take off pukul 05.40. Rute Surabaya-Singapura ditempuh dalam dua jam penerbangan. Sesaat sebelum Airbus A320-200 itu mengudara, tampak sejumlah penumpang berdoa dengan cara masing-masing. Termasuk dua penumpang di kursi seberang saya. Saya menempati kursi 7C. Sedangkan dua kursi di sebelah saya kosong. Dua jam penerbangan di dalam kabin AirAsia QZ8501 terasa sangat lama. Apalagi, cuaca kemarin pagi kurang bersahabat. \"Ada topan dari Filipina. Sejak dari Surabaya sampai Singapura tadi kami melewatinya,\" kata Wimar yang saya wawancarai setelah landing di Bandara Changi, Singapura. Padahal, jelas Wimar, sebelum take off, cuaca dilaporkan berawan, baik di Surabaya maupun Singapura. Mungkin karena pengaruh angin topan itu, beberapa kali pesawat mengalami guncangan lumayan kuat. Para penumpang yang sejak di Bandara Juanda hingga di udara banyak membahas perkembangan pencarian AirAsia QZ8501 langsung terdiam. Suasana berubah hening. Hanya suara mesin pesawat yang terdengar. Seorang penumpang perempuan di kursi 8A berkali-kali menyebut nama Tuhan. Meski sempat diganggu topan, hingga Bandara Changi, penerbangan berlangsung lancar. Apalagi, seluruh kru AirAsia QZ8501 yang bertugas kemarin tetap bersemangat dan ramah melayani para penumpang. (**)
Merasakan Penerbangan AirAsia QZ8501 4 Hari Setelah Insiden
Jumat 02-01-2015,09:50 WIB
Editor : Rajman Azhar
Kategori :