BENGKULU, BE - Pengentasan buta aksara di Provinsi Bengkulu masih lambat.
Ini terlihat dari tingginya buta aksara di usia 15-59 tahun mencapai 3.545 orang.
Angka buta aksara tertinggi terjadi pada usia 45-59 tahun sebanyak 2.365 orang. Disusul usia 15-24 tahun sebanyak 633 orang serta usia 25-44 tahun sebanyak 547 orang.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu, Atisar Sulaiman SAg melalui Kabid Paudni, Asmawi diamini Kasi Paudni Dedy Supinno menuturkan masih tingginya data buta aksara tersebut karena Dispendik berpegang terhadap data Badan Pusat Statistik dua tahun silam. Belum ada pembaruan data, karena terkendala anggaran. Rencananya pada tahun 2015 mendatang, Dispendik mengusulkan agar pendataan buta aksara dilakukan croscek by name by adreas, melalui sub dinas di kecamatan-kecamatan.\" Dengan begitu data akan diperoleh lebih valid,\" ungkapnya.
Diakuinya data yang dimilikinya saat ini dinilai belum mewakili kondisi di Bengkulu. Pasalnya masih ada kabupaten yang justru tidak ditemukan angka buta aksara. Seperti untuk usia produktif 15-24 tahun buta aksara tertinggi justru ada di Kota Bengkulu sebanyak 414 orang. Disusul Bengkulu Selatan sebanyak 192 orang, dan Kepahiang 24 orang, selebihnya Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Kaur, Seluma, Mukomuko, Kepahiang dan Bengkulu tengah nol. \"Ada dua persepsi di sini. Apakah benar di kabupaten itu sudah tidak ada orang buta aksaranya, atau justru Dikbudnya tidak memiliki datanya,\" beber Dedy.
Untuk itu usulan pendataan buta aksara sebagai ajang untuk melacak kebenaran data itu. \"Karena jika di Bengkulu ini angka buta aksara masih tinggi, maka kita bisa mengusulkan anggaran pemberantasan buta aksara ke pusat, \" jelasnya. (247)