JAKARTA, BE - Insiden tertembaknya empat anggota TNI di Perumahan Cipta Asri, Batam, Kepulauan Riau, Minggu (21/) disikapi berbeda oleh Mabes Polri dan Mabes AD. Mabes Polri memilih menunggu hasil investigasi gabungan antara Polda Kepri dan Korem Wira Pratama di Batam. Sedangkan, Mabes AD memilih membeber kronologi versi TNI.
Kadispenad Brigjen Andika Perkasa menjelaskan, keempat anggotanya yang tertembak sama sekali tidak terlibat dalam kejadian penggerebekan tersebut. Semuanya berawal dari tembakan yang tidak disengaja oleh anggota Polda Kepri. Keempatnya masing-masing Pratu Ari Kusdianto, Prada Hari Sulistyo, Praka Eka Basri, dan Pratu Eko Syahputra. Mereka merupakan anggota Batalyon Infanteri 134 Tuah Sakti.
Peristiwa bermula saat anggota Ditreskrimsus Polda Kepri dan Brimobda Kepri menggerebek gudang penimbunan solar milik tersangka N di Perumahan Cipta Asri sekitar pukul 20.00. Mengetahui penggerebekan, N kabur menggunakan mobil sedan berwarna merah dan dikejar oleh polisi. Saat mengejar itulah polisi berupaya menembak ban mobil tersebut dan belum diketahui apakah berhasil atau tidak. Sekitar pukul 21.30, para polisi keluar dari gudang. Di saat bersamaan, Pratu Ari dan Prada Hari yang sedang melintas berhenti karena ada keramaian di lokasi penggerebekan. \"Anggota Polda menembak ke arah tanah, lalu kelihatannya tidak sengaja mengenai Pratu Ari dan Prada Hari,\" ujar Andika dalam keterangan persnya kemarin.
Akibatnya, Pratu Ari menderita dua luka tembak di pergelangan kaki kiri, sedangkan Prada Hari terluka di kaki kanan. Proyektil peluru bersarang di kaki mereka. Beberapa saat kemudian, Praka Eka melintas di depan Mako Brimob dan mendapati kedua rekannya berada di sana dalam kondisi terluka tembak. Namun, saat berupaya menanyakan kepada anggota Brimob, terjadi kesalahpahaman yang berujung cekcok dan Praka Eka dipukul dengan gitar oleh salah seorang anggota Brimob.
Keributan di depan Mako Brimob sampai ke telinga Pratu Eko yang langsung mendatangi lokasi. Namun, dia langsung ditembak oleh anggota Brimob di bagian paha kanan sebelum sempat mengetahui insiden yang terjadi. Sementara, Praka Eka dibawa masuk ke Mako Brimob. Sekitar pukul 22.30, Pasi Intel Yonif 134, Lettu Irham Irawan mendatangi Mako Brimob dan menemui Wakasat Brimob untuk menjemput keempat anak buahnya. Namun, saat terjadi pembicaraan, terdengar letusan senjata lagi. Setelah didesak, akhirnya Praka Eka dikeluarkan dalam kondisi kepala berdarah dan kaki tertembak.
Insiden tersebut sempat memicu ketegangan. Sebab, sejumlah anggota Yonif 134 berdatangan ke Mako Brimob sebagai bentuk protes atas kejadian tersebut. Keributan mereda setelah Danyonif 134 Mayor Infanteri Abdul Razak Rangkuti turun tangan menenangkan anggotanya. Andika memastikan seluruh korban saat itu tidak bersenjata dan tidak terkait dengan penggerebekan. Pratu Ari dan Prada Hari misalnya, baru saja pulang Apel. Kemudian, Praka Eka saat itu hendak membeli makanan. Menurut Andika, KASAD Jenderal Gatot Nurmantyo sudah mengetahui insiden tersebut dan telah memberikan instruksi internal. \"KASAD memerintahkan agar seluruh anggota Yonif 134 dan Kodim 0136 Batam untuk bersiaga tidak melakukan tindakan apapun,\" tuturnya. Saat kejadian, Gatot sedang berada di Brisbane, Australia, untuk menghadiri Cihef of Staff Armys Exercise 2014. \"KASAD memutuskan pulang lebih cepat siang ini (kemarin, red) untuk menuntaskan insiden ini,\" tambah perwira bintang satu itu.
Kemudian, KASAD juga menghubungi Kapolri Jenderal Sutarman untuk membentuk tim investigasi bersama mengusut insiden tersebut.
Dikepung
Kapolda Kepri Brigjen Pol Arman Depari membeberkan kronologis kejadian sebenarnya, sebelum terjadinya tembak menembak antara Brimob dengan Batalion 134 TS yang terjadi pada Minggu (21/9) malam. Dimana sebelum kejadian ini, Ditreskrimsus Polda Kepri sedang melakukan kegiatan penindakan dan penanganan BBM bersubsidi di sebuah gudang dekat Mako Brimob. Untuk penanganan tersebut, Ditreskrimsus menambah kekuatan dengan meminta back up dari Brimob, yang kebetulan markasnya berada dekat TKP. Dan saat melakukan pengeledahan dan pemeriksaan, tiba-tiba pihak penyidik Ditreskrimsus dan Brimob dikepung oleh sekelompok massa. Sekolompok massa yang tidak tahu datang dari mana, mengepung dari berbagai arah. Sehingga membuat para penyidik dan Brimob terdesak.
Massa ini juga sempat memukuli dan menganiaya salah seorang penyidik dan menghancurkan mobil milik penyidik. Dan dari informasi di lapangan diduga sekelompok massa ini datang karena merasa tidak senang, akibat polisi menggerebek gudang tersebut. \"Jarak TKP gudang penimbunan solar bersubsidi tersebut, kurang lebih 500 sampai 700 meter dari Mako Brimob. Dari informasi yang kami terima, massa yang mengepung itu jumlahnya ada sekitar 100 orang,\" kata Brigjen Pol Arman Depari kepada Batam Pos, Senin (22/9).
Ia menceritakan kalau polisi mencoba keluar dari kepungan tersebut, setelah mendapat instruksi untuk melepaskan diri dari TKP. Namun karena banyaknya massa dan juga rapatnya kepungan, membuat polisi kesulitan untuk keluar dari tempat tersebut. Sehingga polisi mencoba memberikan tembakan peringatan ke atas, namun massa tersebut tidak juga bergerak dan mengurai kepungannya. \"Polisi lalu mengeluarkan tembakan peringatan lagi ke udara dan ke tanah,\" ungkapnya.
Setelah itu, Arman mengatakan kalau polisi melarikan diri ke Mako Brimob, untuk menghindari bentrokan dengan sekelompok massa tersebut. Saat mengamankan diri tersebut, polisi juga ikut serta membawa salah satu penjaga gudang. Polisi mengira masalah sudah selesai, setelah mereka melarikan diri. Namun ternyata datang beberapa orang yang tidak senang dengan perbuatan polisi, saat di gudang solar tersebut. Sehingga mereka mendatangi Mako Brimob, setelah mengetahui polisi melarikan diri ke sana. \"Saat itu terjadilah cek cok mulut di penjagaan, antara penjaga dengan beberapa orang yang mendatangi Mako Brimob tersebut,\" tuturnya.
Arman melanjutkan, setelah sekelompok massa yang datang tambah banyak. Sehingga membuat sejumlah anggota Brimob yang baru saja gelar apel malam, melihat apa yang sedang terjadi di penjagaan. Dan pada saat itulah, menurut Arman terjadi perkelahian yang berujung dengan penembakan. Saat ditanyai apakah massa yang mengepung tersebut adalah oknum TNI atau masyarakat sekitar,\"Saat itu menurut petugas keadaan gelap, sehingga tidak bisa mengidentifikasi secara jelas siapa orang yang mengepung dan mendatangi Mako Brimob,\" ungkapnya.
Arman mengungkapkan saat ini ia belum tahu, kalau pengepungan terhadap polisi di gudang solar tersebut, berkaitan dengan adanya tindakan oknum TNI dalam beking-membekingi kegiatan penimbunan solar bersubdisi di tempat tersebut. \"Soal itu, saya belum tahu,\" tukasnya.
Mengenai kasus ini, Arman mengatakan kalau ke depannya akan dibentuk tim gabungan khusus terdiri dari unsur Polri dan TNI AD. Dan dari Polri akan diwakili oleh Propam, sedangkan dari TNI AD di wakili oleh POM. \"Kami berharap tim gabungan ini betul-betul bisa mengurai dan melihat permasalahan seperti apa yang sebenarnya terjadi dilapangan. Dan kalau anggota kami terbukti bersalah dan melakukan pelanggaran, kami akan lakukan penindakan,\" ujarnya.
Ia mengatakan kalau dirinya telah berbicara dengan pimpinan TNI AD, khususnya Danrem 033 Wira Pratama Brigjen Bujang Zuwirman. Untuk bersama-sama mengendalikan anggota masing-masing. \"Di cooling down dulu,\" pungkasnya.
Menurut Arman hal ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. \"Dan sampai saat ini hal itu telah berjalan dengan baik, situasi sudah kondusif,\" ungkapnya. Kejadian ini menurut Arman Depari tidak akan menyurutkan semangatnya dalam pemberantasan mafia solar bersubsidi. Ia menegaskan akan tetap melakukan penindakan kepada siapa saja yang melakukan penimbunan solar bersubsidi. \"Akan kami lakukan lebih giat lagi. Tapi tetap akan melakukan koordinasi dengan semua unsur, baik TNI, Muspida dan masyarakat,\" tutupnya. (**)