JAKARTA - Sebagian besar dari 8,5 juta penderita diabetes di Indonesia, akan menjalankan ibadah puasa mulai akhir pekan ini. Guru besar ilmu penyakit dalam Universitas Indonesia Prof Dr dr Pradana Soewondo SpPD-KEMD mengatakan, dengan pengaturan khusus para penderita diabetes ini tetap bisa menjalankan ibadah puasa.
Pradana menuturkan selama puasa, terjadi perubahan pola makanan sehari-hari. \"Kondisi ini tentu memiliki dampak besar bagi penderita diabetes. Sehingga perlu dikontrol,\" katanya di peluncuran aplikasi Android, Ramadan Diabetes and Me di Jakarta kemarin. Dia mengatakan tanpa melakukan pengaturan yang rutin, penderita diabetes bisa mengalami empat resiko ketika menjalankan rukum Islam yang keempat itu. Keempat resiko itu adalah, Hypoglycemia (kadar gula darah rendah), Hyperglycemia (kadar gula darah tinggi), dehidrasi, dan Diabetic Ketoacidosis (ketoasidosis diabetikum/DKA). Pradana mengatakan resiko-resiko tadi memiliki gejala sendiri-sendiri. Dia mencontohkan untuk resiko Hypoglycemia pada pasien diabetes tipe 2 gejalanya seperti keringat dingin, gemetaran, sakit kepala dan pusing. \"Ketika merasakan gejala-gejala itu sebelum waktu berbuka, sebaiknya berbuka saja. Dari pada penyakit diabetesnya tambah beresiko,\" paparnya. Kondisi paling berat jika memaksakan puasa, pasien beresiko hilang kesadaran atau kejang. Pradana berharap penderita diabetes melakukan cek gula darah secara berkala selama bulan puasa. Hasil pengecekan itu dicatat dengan rapi. Kemudian dikonsultasikan ke dokter untuk mendapatkan catatan medis. Dia mengatakan bisa jadi dokter melakukan perubahan dosis obat-obatan yang biasa dikonsumsi selama pasien berpuasa. Pradana mengatakan penderita diabetes harus bisa menangkap pola kondisi kadar gula darahnya. Misalnya setelah berbuka puasa, kadar kondisi gula dalam daranya tetap stabil atau meningkat tajam. Sehingga bisa dilakukan antisipasi segera dan besoknya dapat berpuasa dengan lancar. Dari catatannya, tren penderita diabetes di Indonesia bakal terus meningkat. Pradana memperkirakan pada 2030 nanti, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 11,9 juta orang. Dengan jumlah itu, Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah penderita diabetes terbesar di kawasan ASEAN. Peningkatan ini dipicu dari pola makan yang tidak sehat dan kurang aktifitas fisik. (wan)