Peringatan Pidato Bung Karno di Bengkulu, Nilai Pancasila Kian Terabaikan

Senin 02-06-2014,12:37 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

BENGKULU, BE - Hari puncak peringatan Pidato Bung Karno yang melahirkan dasar negara berupa Pancasila resmi digelar di halaman Gedung Daerah Provinsi Bengkulu, kemarin (1/6).  Agenda Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) yang bertema \"Merajut Merah Putih dari Bumi Raflesia\" itu dihadiri Wakil Presiden Prof Dr Boediono beserta istri, perwakilan keluarga Soekarno Puan Maharani, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, pimpinan dan anggota MPR RI serta Forum Koordinasi Pemerintah Daerah (FKPD) Provinsi Bengkulu. Acara yang dimulai pukul 08.30 WIB diawali dengan penampilan tari kolosal yang menceritakan tentang proses penjahitan Bendera Merah Putih oleh ibu negara pertama, Fatmawati yang merupakan putri asli Bengkulu. Dalam sambutannya, Drs H Sidarto Danusubroto mengatakan, bahwa hingga saat ini butir-butir Pansacila sangat lengkap yang dicetus Bung Karno tumbuh menjadi karya besar dan tetap menjadi dasar NKRI. Namun sayangnya, aktualisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut, belum diaplikasikan sepenuhnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. \"Nilai-nilai Pancasila belum diaplikasikan secara penuh dalam kehidupn dewasa ini dalam berbagai aspek. Seperti dari aspek hukum, kita sangat tahu bahwa penegakan hukum negara kita belum adil dan hukum belum menjadi panglima tertinggi,\" ungkapnya. Selain itu, lanjutnya, di sisi politik juga demikian, karena money politik atau politik uang kian meraja lela. Padahal politik uang sangat bertentangan, bahkan cenderung menciderai nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila. \"Demikian juga dengan tatanan negara, sehingga masih dibutuhkan perjuangan keras agar nilai-nilai Pancasila merasuki semua aspek kehidupan Bangsa Indonesia ini. Karena itu, saya mengajak semua pihak untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam aspek kehidupan, agar negara ini bisa diselenggarakan sesuai dengan tujuan pendirinya,\" ajak Sidarto. Terkait dengan peringatan Pidato Bung Karno tersebut, ia mengaku bukan acara seremonial belaka, melainkan untuk merenungkan isi-isi Pancasila. \"Dalam momentum ini, mari kita merenungkan isi yang terkandung dalam Pancasila tersebut dan mengingatkan kembali peristiwa yang terjadi 69 tahun  lalu yang melahirkan dasar-dasar nagara. Acara ini bukan hanya seremonial, namun sangat penting untuk mengetahui perjuangan putra bangsa. Saya yakin, penamanan nilai Pancasila merupakan solusi permasalahan bangsa untuk mengatasi berbagai persoalan yang terjadi,\" tukasnya. Sementara itu, Gubernur Bengkulu H Junaidi Hamsyah dalam sambutannya mengutarakan, tepat 1 Juni 1945 Bung Karno mengumandangkan azas yang mendasari negara Indonesia, yakni  Pancasila.  Lima azaz itu hingga saat ini masih hidup, karena bagian dari ruh negara Indonesia sebagai negara yang berdaulat.  \"Kami juga yakin moment ini tidak hanya seremonial, namun dapat memperkenalkan Bengkulu, peningkatan ekonomi dan promosi wisata,\" ujarnya. Junaidi juga mengungkapkan, bahwa Provinsi Bengkulu masih membutuhkan perhatian dari pemerintah pusat untuk melaksanakan  program prioritas, seperti jalan lintas barat, pelurusan jalan Bengkulu-Lubuklinggau, mengoptimal Pelabuhan Pulau Baai, pembangunan curah cair di pelabuhan tersebut. \"Selain itu, kami juag sudah menyiapkan program lainnya seperti pembangunan jalur KA menuju Sumsel, pemindahanan Bandara ke Kabupaten Seluma, menjadikan RSMY sebagai rumah sakit evakuasi bencana, pembangunan rispam untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembangunan fasilitas di Pulau Enggano sebagai pulau terluar Indonesia.  Dan kami juga mempriotaskan pendidikan, kami akan mengaktifkan kembali pramuka se-Provinsi Bengkulu.  Kami berharap pemerintah pusat serta Bapak Wapres ikut mencurahkan perhatiannya untuk Provinsi Bengkulu ini, terlebih semua program tersebut sudah kami sampaikan kepada para menteri dan presiden saat peringatan HPN beberapa waktu lalu,\" paparnya. Di bagian lain, Wapres Boediono mengawali sambutannya dari sebuah hikayat ada sekelompok manusia yang datang mendiami sebuah pulau. Mereka hidup damai saling berdagang dan berlangsung dalam ratusan tahun. Namun ditengah perdamaian itu datang musibah. Ada kekuatan dari luar yang ingin mendapatkan keuntungan besar.  Dengan keunggulan teknologi yang dimiliki orang asing tersebut, akhirnya mereka menyatukan pulau-pulau itu dibawah kekuasannya sehingga meraka mendapatkan keuntungan besar. \"Selama ratusan tahun pengauasa itu berjaya, sedangkan pribumi kian terpinggirkan. Karena itu  masyarakat  membrontak, tapi berhasil ditumpas oleh penguasa pendatang itu. Kemudian didorong oleh para pemuda yang disekolahkan olah penguasa tersebut, akhirnya manusia-manusia pulau itu berhasil melepaskan belenggu penguasaan baru itu.  Dalam perjalanannya, dilakukan musyawarah akbar yang dihadiri semua tokoh. Ditengah kegalauan itu muncul seorang pemuda yang menyampaikan rumusan negara, ia adalah Bung Karno yang menyampaikan gagasan yang dinamai Pancasila,\" ungkapnya yang disambut tepuk tangan meriah. Ia pun mengajak semua lapisan masyarakat untuk mendalami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut, agar negara ini tetap berdiri kokoh diatas dasarnya seperti yang dibentuk saat kemerdaan. Disela-sela sambutan Wapres juga diputarkan rekaman Pidato Bung Karno tentang lahirnya Pancasila tersebut. Puan Minta Dilanjutkan Sementara itu, perwakilan keluarga Soekarno, Puan Maharani meminta peringatan Pidato Bung Karno itu dapat dilanjutkan pada tahun-tahun yang akan datang, karena baginya negara yang besar adalah negara yang tidak melupkan sejarah. \"Kegiatan seperti  ini dimulai 2010 yang digagas oleh Ketua MPR RI Alm Taufik Kemas dan berlangsung setiap 1 Juni hingga saat ini. Kami juga berharap agar kegiatan seperti ini terus dilanjutkan oleh MPR RI yang akan datang karena  ini adalah peristiwa bersejarah, karena pertama kali Bung Karno menyampaikan gagasanya depan BUPKI. Pidoto tanpa teks itu pun langsung diterima, sehingga melahirkan rumusan Pancasila yang kemudian disahkan 17 Agustus 1945,\" sampainya. Usai peringatan Pidato Bung Karno tersebut, Wapres didampingi gubernur dan sejumlah pimpinan dan anggota MPR mengunjungi Persada Bung Karno, Rumah Sakit Bhayangkara Jitra dan Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.  Usai makan siang sekitar pukul 14.00 WIB kemarin, Wapres dan rombongannya pun kembali ke Jakarta. Puan Kecewa Gubernur Di bagian lain, Puan Maharani mengungkapkan kekecewaannya kepada Gubernur Bengkulu H Junaidi Hamsyah, SAg, MPd yang dianggapnya tidak memahami makna dan tujuan dari Pancasila yang dilahirkan oleh proklamator bangsa Ir Soekarno. Rasa kecewa Puan muncul setelah mendengar pidato sambutan gubernur yang tidak memaparkan makna dan arti dari Pancasila, tetapi Curhat mengenai anggaran pembangunan yang minim dari pusat ke \"Bumi Rafflesia\". \"Saya sangat kecewa dengan gubernur yang tidak memahami makna dan arti Pancasila.  Masa seorang pemimpin sekelas gubernur tidak memahami sejarah dari lahirnya Pancasila,\" sebut Puan dalam sambutan di acara konsolidasi partai koalisi pengusung Capres dan Cawapres Jokowi-JK di aula Wedika Hotel, kemarin. Menurut Politisi PDIP ini, tidak seharusnya gubenur menyampaikan masalah anggaran di upacara peringatan hari lahir Pancasila yang bertujuan untuk membangkitkan semangat NKRI.   \"Tidak seharusnya menyampaikan itu, sebab tadi bukan acara peresmian jalan,\" sindirnya. Kekecewaan perempuan kelahiran Jakarta, 6 September 1973 itu kian menjadi ketika gubernur melontakan ucapan Bengkulu  Merdeka.  Hal tersebut dianggapnya sangat menciderai semangat dari persatuan dan kesatuan yang diusung Pancasila. (400/320)

Tags :
Kategori :

Terkait