Melihat Prosesi Tabot Tebuang
=================
DENDI SUPRIADI,
Kota Bengkulu ================
SEKITAR pukul 09.30 WIB, kemarin, masyarakat Bengkulu mulai memadati lapangan merdeka di Kampung Cina. Kedatangan masyarakat dari berbagai kabupaten/kota ini ingin menyaksikan \"Tabot Tebuang\" di Pemakaman Imam Senggolo, Karbela. Mulai pukul 10.30 WIB, proses Tabot Tebuang pun dilakukan yang dilepas oleh Wakil Gubernur Bengkulu, Sultan B Najamudin didampingi Wakil Walikota Bengkulu Ir Patriana Sosialinda. Tabot yang berjumlah 33 buah itu pun diarak melintasi Jalan Ahmad Yani Kampung Cina menuju Soeprapto - Simpang Lima. Di Simpang Lima ini, Tabot pun berpisah. Tabot Pembangunan yang berjumlah 16 buah diarak melintasi Jalan Fatmawati, Penurunan dan dilanjutkan ke Pantai Panjang dan kembali di kediaman KKT yang terdapat di Kelurahan Lempuing. Sedangkan 17 buah Tabot Imam diarak menuju Simpang SKIP dilanjutkan ke Karbela. Menariknya, saat memasuki gerbang Karbela di Jalan S Parman, sedikitnya 5 orang anggota Keluarga Kerukunan Tabot (KKT) mendadak mengalami kesurupan. Kelimanya terpaksa diangkat beramai-ramai oleh anggota KKT yang lainnya menuju tempat Tabot Tebuang, Karbela. Menurut Ketua Kelompok Tabot Imam, Adil Qurniawan, kesurupan itu bukan diganggu oleh mahluk jahat atau sejenisnya, melainkan cara leluhur menyampaikan amanat atau pesannya kepada keluarga besar KKT. Menariknya, hanya satu orang anggota KKT yang kesurupan layaknya kesurupan biasa, sedangkan 4 orang lainnya seperti orang yang siap berkelahi dengan menggunakan bela diri pencak silat. Keempatnya yang menggunakan seragam hitam-hitam itu bersilat, layaknya orang yang ingin menghabisi menerkam dan menghabisi lawannya. \"Sebenarnya itu bukan kesurupan yang sering terjadi di kalangan masyarakat. Itu adalah cara leluhur kami menyampaikan kesalahan kami di tahun ini agar tidak diulangi lagi di tahun yang akan datang,\" ungkap Adil. Hanya saja, Adil enggan menyebutkan teguran apa yang disampaikan leluhurnya melalui kelima anggota KKT yang kesurupan tersebut. \"Tegurannya tidak bisa saya sebutkan, karena itu hanya khusus untuk kami yang tergabung dalam Keluarga Kerukunan Tabot (KKT) Bengkulu,\" elaknya. Proses kesurupan kelima anggota KKT itu pun terbilang singkat, setelah menyampaikan pesan atau tegurannya, kelimanya kembali sadar dan kembali mengikuti prosesi Tabot Tebuang selanjutnya. Di tempat Tabot Tebuang, Karbela, pembuangan diawali dengan pengembalian tanah yang diambil saat pembukaan Tabot pada 1 Muharam lalu. Pengembalian tanah ini memberikan makna, bahwa manusia berasal dari tanah dan harus dikembalikan lagi ke tanah dengan cara dikubur jika sudah meninggal dunia. \"Maknanya adalah agar manusia yang meninggal dikembalikan ke tanah. Tidak dibenarkan dibakar atau disimpan dalam peti,\" ujarnya Adil. Selain itu, makna yang tersirat dibalik Tabot Tebuang itu, yakni mengingatkan manusia akan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Cucu Nabi Muhammad SAW itu mati syahid dalam peperangan melawan pasukan Ubaidullah bin Ziyad di Padang Karbela. Hanya saja Karbela tempat bertempurnya cucu nabi itu bukan di Karbela Bengkulu, melainkan Karbela yang terdapat di Irak. (**)