BENGKULU, BE – Meski sudah melakukan serangkaian penyidikan terhadap para pelaku jambret yang ditangkap tim buser Polsek Ratu Agung Selasa (12/11), penyidik Polsek Ratu Agung belum bisa memastikan berapa banyak jumlah korban jambret oleh komplotan yang yang digawangi oleh pelajar dan mahasiswa, serta anak anggota DPRD RL tersebut. \"Kita belum bisa memastikan jumlah TKP maupun korbannya, karena kita meyakini sudah banyak barang bukti yang sudah mereka jual, dan saat ini kita hanya memanfaatkan pengakuan para tersangka,\" terang Kapolres Bengkulu, AKBP Iksantyo Bagus Pramono SH MH melalui Kapolsek Ratu Agung, Iptu Ahmad Mega SIK, kemarin. Selain kesulitan karena sudah ada barang bukti yang sudah terjual, penyidik juga kesulitan karena dalam menjalankan aksinya para tersangka selalu berpindah-pindah pasangan sehingga sulit untuk menentukan jumalh TKP-nya. Namuan Kapolsek meyakini bahwa mereka sudah menjalankan aksinya di puluhan TKP. \"Kita belum bisa memastikannya, karena mereka sudah cukup lama menjalankan aksinya yaitu sekitar tiga bulan ke belakang,\" tambah Mega, mantan Kapolsek Kota Manna, Bengkulu Selatan ini. Memang diakui pelaku kepada polisi, lokasi mereka beraksi sebagian besar bawah hukum Polsek Ratu Agung dan Polsek Gading Cempaka yaitu di kawasan Pantai Panjang dan Lingkar Barat. Selain itu, guna mengetahui jumlah korban jambret ini, Mega mengharapkan, masyarakat Bengkulu yang merasa pernah menjadi korban jambret untuk datang ke Mapolsek Ratu Agung. Korban bisa melihat apakah barang bukti yang disita polisi merupakan barang milik korban. \"Hingga hari ini (Kemarin-red) sudah ada tiga korban jambret yang datang kesini, dan dua diantaranya sudah terbukti adalah korban dari para tersangka,\" jelas Ahmad Mega. Menjambret Karena 3 Faktor Sementara itu, praktisi pendidikan Bengkulu, Prof Dr Rambat Nur Sasongko menilai, masuknya para mahasiswa ke dalam sindikat kejahatan seperti perampokan dan penjambretan yang akhir-akhir ini dikuak oleh aparat kepolisian, bukan karena kesalahan dalam pendidikan yang tejadi di Indonesia. Baik itu dari mata pelajaran yang disediakan hingga peraturan yang ditetapkan pihak sekolah. \"Keterlibatan para pelajar ataupun mahasiswa dalam kejahatan bukan karena sistem pendidikan kita. Karena dalam sistem pendidikan kita sendiri sudah lengkap untuk mengatasi masalaha tersebut seperti pelajaran Agama, PPKN bahkan dalam setiap mata pelajaran sendiri sudah ada pendidikan karakternya,\" jelas Dekan FKIP Universitas Bengkulu tersebut. Menurut Rambat Nur Sasongko, jika perkembangan yang terjadi pada seorang anak akan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor keturunan, pengalaman dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut memiliki keterkaitan satu dengan lainnya dalam membentuk perilaku sang anak. Ia juga menyampaikan keterlibatan pelajar dan mahaiswa dalam sindikat kejahatan tersbut dikarenakan faktor tingginya kebutuhan dan harapan, namun memiliki kemampuan yang kurang, sehingga mengambil jalan pintas dengan melakukan kejahatan. \"Untuk mengatasi masalah seperti ini, hendaknya kedepan adanya kontrol yang lebih yang dilakukan baik oleh orang tua maupun pemerintah. Sehingga para pelajar maupun mahasiswa bisa mengkontruksikan dirinya kearah yang lebih baik,\" pungkas Rambat. Sebelumnya Polres Bengkulu melalui Polsek Ratu Agung berhasil meringkus 5 orang pelaku jambret yang kerap melancarkan aksi di Kota Bengkulu. Mirisnya, kelima pelaku berstatus pelajar dan mahasiswa. Kelima tersangka tersebut, Ha (16), Fe (16), dan Se (16) (ketiganya pelajar SMA), serta Es (19) dan Fd (19), mahasiswa. Tersangka Fd diketahui anak dari salah anggota DPRD Rejang Lebong. Sekalipun masih berstatus pelajar dan mahasiswa, komplotan jambret ini bukan bandit kacangan. Pasalnya, kelima tersangka telah menjalankan aksi kejahatannya di puluhan lokasi meliputi kawasan Pantai Panjang dan sekitarnya.(251)
Korban Jambret Diminta Melapor
Kamis 14-11-2013,10:15 WIB
Editor : Rajman Azhar
Kategori :