Film Terbaik di Spanyol, Abimana Gantikan Ariel
Proses syuting film Laskar Pelangi: Edensor memasuki tahap editing. Film yang mengeksplor persahabatan anak kampung dari Belitung itu pun diwarnai adanya aktor dan aktris baru.
Vokalis grup musik NOAH, Nazril Irham atau lebih populer dengan panggilan Ariel pun tidak lagi terlibat dalam sekuel film Laskar Pelangi itu. Pria yang sebelumnya berperan sebagai tokoh Aria di film yang di adopsi dari buku Andrea Hirata ini posisinya diganti Abimana.
“Ariel kan juga lagi syuting di dokumenternya. Yang pasti, Abimana jadi bintang baru di film ini,” ujar Putut Widjanarko produser film Laskar Pelangi Edensor seperti yang dilansir INDOPOS (JPNN Group), Rabu (13/11).
Film yang sebelumnya sempat mengantongi penghargaan sebagai film terbaik kategori remaja dalam Festival Film Internasional Anak dan Remaja di Madrid, Spanyol inipun tidak lagi diproduseri Mira Lesmana dan disutradarai Riri Riza. Film yang rencananya dirilis pada 24 Desember 2013 itu disutradarai Benny Setiawan.
“Jadi memang mulanya diskusi memang rencananya disutradarai Putra Matuta dan sempat vakum. Kemudian diskusi dengan beberapa teman akhirnya Beni bersedia terlibat,” ujarnya.
“Dan ini memang lepas dari Laskar Pelangi. Semua berbeda-beda ya. Laskar Pelangi masa kecil, sang pemimpi masa remaja dan sekarang edensor ini masa dewasa perjalanan Ikal,” katanya.
Benang merah dari sekuel film Sang Pemimpi ini pun tidak jauh beda dari film sebelumnya. Bahkan, lewat tangan dingin sutradara film 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010), Film tersebut masih mengambil lokasi syuting di Belitung.
Hanya saja, 80 persen cerita dari film ini mengambil lokasi di Paris Eropa. Satu demi satu perjalanan Aria yang diperankan oleh Abimana dan Ikal Dewasa yang diperankan Lukman Sardi disuguhkan dengan alur cerita baru dengen benang merah yang sama dengan bukunya.
“Mereka ini kan anak-anak Belitung yang dapat beasiswa. Kalau nggak kerja ya mereka nggak makan dan liku-liku itulah yang ada di Laskar Pelangi ini,” jelasnya.
Selama proses syuting berlangsung, sutradara yang memenangkan Piala Citra untuk kategori Sutradara terbaik pada FFI 2010, Benny setiawan mengatakan, setiap film yang dikerjakanya selalu memiliki tantangan yang berbeda. Apalagi ini sekuel dari film yang di sutradarai tangan yang berbeda.
Dan, semua ini tidak menjadikannya berhenti mengeksplor kemampuannya men-direct film yang dibintangi Abimana dan Lukman Sardi.
“Kesulitan dimanapun pasti ada tapi kita punya tim yang solid, tim yang bagus jadi bisa hadapi dengan senyum,” katanya.
Sebaliknya dengan lokasi di Paris ini menjadikanya tantangan yang harus diselesaikan dengan hasil yang maksimal. Dan tidak mengecewakan pengemar novel laris karya Andrea Hirata. “Syuting di luar atau di sini punya tantangan masing-masing. Karena ada tim yang saling dukung jadi mudah-mudah film ini sesuai dengan target,” paparnya.
Hal serupa pun dikatakan Lukman Sardi, menurutya film ini penuh tantangan. Tidak hanya hanya beradu akting dengan Abimana. Di film ini dirinya harus bisa beradaptasi dialek prancis dengan cuaca yang berbeda.
“Sulit banget. Pertama, masalahnya 80 persen bahasa prancis. Saya bilang nih kalau terusan bahasa prancis mulut saya kriting. Kedua, mau seenak enaknya kerja di negara lain enakan negara sendiri. Karena aturan lain dan areanya nggak sama ya. Ya namanya orang asing pasti ada yang beda,” ujar Lukman Sardi sedikit menceritakan pengalamanya syuting di Paris. “Saya pendatang baru. Pengalaman hampir sama dengan Lukman. Sebenarnya syuting itu enakan di negara sendiri. Pertama soal makan. Saya si makan apa aja, tapi di sini (Indonesia) bisa pilih banyak makan. Dan kedua. Saya aga pelit yak orangnya. Jadi berasa selama di sana besar pengeluaran,” sambung Abimana. (ash)