Yuk, Deteksi Penyakit Alzheimer dengan Selai Kacang

Kamis 24-10-2013,13:22 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

MENDIAGNOSIS Alzheimer ketika masih di stadium awal bukanlah perkara yang mudah dilakukan. Pasalnya tidak ada tes khusus untuk menentukan secara akurat apakah seseorang terkena Alzheimer atau tidak. Namun peneliti mengklaim menemukan cara untuk mengetahuinya hanya dengan selai kacang.

Mengapa peneliti menggunakan selai kacang? Pada penderita Alzheimer, bagian otak yang pertama kali mengalami penurunan adalah di bagian depan temporal lobe. Ini merupakan bagian otak yang terlibat dalam proses mencium bau dan membentuk memori baru.

Itulah mengapa pada pasien Alzheimer, kemampuan kognitif pertama yang terlihat terkena dampak dari penyakit ini adalah sulit memproses bau dan mengingat sesuatu.

Hal inilah yang dijadikan pegangan seorang mahasiswa dari University of Florida bernama Jennifer Stamps untuk menemukan cara sederhana menguji ketajaman indera penciuman pasien. Tes yang dilakukannya didasarkan pada fakta bahwa penderita Alzheimer lebih sering mengalami degenerasi (penurunan) pada bagian otak sebelah kirinya.

Stamps membuktikannya dengan meminta orang-orang yang berkunjung ke klinik McKnight Brain Institute Center for Smell and Taste, University of Florida, untuk menutup mata mereka dan menutup salah satu lubang hidungnya. Lalu mereka ditanya apakah bisa mencium selai kacang yang disodorkan pada mereka atau tidak.

Tes ini diulang untuk kedua kali dengan menutup lubang hidup partisipan lainnya. Stamps juga menggunakan sebuah penggaris untuk menentukan seberapa jauh jarak selai kacang dengan lubang hidung partisipan agar dapat tercium oleh partisipan.

Hasilnya cukup mengejutkan karena pasien yang kemudian didiagnosis dengan Alzheimer mempunyai lubang hidung sebelah kiri (yang terhubung dengan otak bagian kiri) yang jauh lebih sensitif terhadap aroma selai kacang daripada lubang hidung sebelah kanan.

Dan pada partisipan yang nantinya didiagnosis dengan Alzheimer, rata-rata jarak antara selai kacang dengan lubang hidung kirinya terhitung 3,9 inch (10 cm) lebih dekat dibandingkan dengan lubang hidung sebelah kanan, sebelum akhirnya mereka bisa mencium aroma selai.

Kondisi ini menunjukkan seberapa besar degenerasi (penurunan) yang terjadi di otak kirinya, karena semakin dekat jarak selai kacang dengan lubang hidung maka degenerasi otaknya semakin parah.

\"Dengan begitu kami dapat menggunakannya untuk memastikan diagnosis. Namun kami masih berencana untuk mengujicobakan cara ini pada pasien gangguan kognitif ringan dalam rangka melihat apakah tes ini dapat digunakan untuk memprediksi pasien mana yang terkena Alzheimer,\" kata Stamps, seperti dilansir laman Livescience, Rabu (23/10).

Menurut profesor neurologi dari University of Florida yang juga membantu Stamps menemukan metode sederhana ini, Dr. Kenneth M. Heilman, tes menggunakan selai kacang ini bisa dimanfaatkan oleh klinik-klinik yang tidak dilengkapi dengan peralatan medis canggih seperti scan MRI atau CT scan yang kerap dipakai untuk mengetahui ada tidaknya gejala Alzheimer pada seseorang.

\"Ini bisa jadi bagian penting dalam proses evaluasi pasien,\" pungkasnya.(fny/jpnn)

Tags :
Kategori :

Terkait