SLEMAN - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengunjungi Pondok Pesantren Ar Risalah di dusun Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Jogjakarta, Jumat (18/10). Dalam kunjungan itu, Dahlan juga berceramah tentang jiwa entrepreneurship atau kewirausahaan di hadapan para santri dan pengasuh pondok.
Dahlan mengatakan, jika mengambil dari kisah Nabi Muhammad maka jiwa entrepreneurship sudah ada sejak dulu. Karenanya, Dahlan mengajak para santri juga meneladani jiwa wirausaha Nabi Muhammad.
\"Nabi saja berdagang, santri juga harus mencontohnya. Saya kira kalian (santri) adalah orang yang berhak mewarisi jiwa pengusaha itu,\" kata Dahlan.
Lebih lanjut Dahlan mengatakan, ada anggapan umum bahwa untuk menjadi pengusaha harus memiliki darah pengusaha. Namun Dahlan menepis anggapan itu. Menurutnya, para pengusaha bukan dilihat dari darah keturunan para pendahulunya, namun lebih pada intensitas komunikasi dan berada di lingkungan sosial yang ramah pada kewirausahaan.
\"Jangan ada anggapan seperti itu (jadi pengusaha berdasar keturunan, red). Itu harus dikubur dalam-dalam. Mereka para pengusaha bukan darah pengusaha, tapi karena ketularan,\" pungkasnya.
Sebagai ilustrasinya, Dahlan mencontohkan kehidupannya dulu. Dengan latar belakang keluarga yang pas-pasan, Dahlan secara kasat mata tidak mungkin menjadi pengusaha. Namun karena masuk dalam lingkungan yang memiliki visi dan misi kuat tentang jiwa usaha, maka Dahlan bisa menjadi pengusaha.
\"Jangan pernah berfikir seperti itu. Kuncinya, tekun dan yakin jika kalian (santri) bisa menjadi pengusaha,\" jelasnya di acara yang juga dihadiri beberapa perwakilan perusahaan BUMN seperti PT Telkom, Bank Mandiri Syariah, serta Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI).
Sedangkan Ketua Umum HIPSI, Bagus Ghozali mengatakan, pembelajaran bisnis kreatif perlu ditanamkan sejak dini. Menurutnya, Jogja punya nilai lebih karena memiliki potensi besar dalam pengembangan industri kreatif.
\"Untuk Jogja, orang-orangnya cukup kreatif. Saya melihat potensi industri kreatifnya sangat tinggi. Banyak yang sudah mulai sukses,\" katanya.
Lebih lanjut pria yang akrab disapa dengan panggilan Gus Ghozali itu mengaku melihat banyak produk bagus di Jogja. Melihat potensi itu, lanjutnya, HIPSI siap membantu pemasarannya.
Ia pun berharap para santri bisa menjajakan produk-produknya. \"Santri Indonesia 10-20 tahun kedepan bisa menjadi pengusaha profesional,\" pungkasnya. (fid/jpnn)