Geliat India Membangun Infrastruktur Kota-kotanya (1)
Misalnya, yang tampak di Bengaluru International Airport (BIA), Bangalore, sekitar tiga jam penerbangan dari New Delhi. Bandara yang mulai beroperasi pada 2008 itu sangat modern. Arsitekturnya menjiplak bandara-bandara di Eropa.
Gedung dengan dominasi warna hijau dan putih itu terlihat luas serta lapang. Begitu masuk ruang pemeriksaan imigrasi, para tamu asing dilayani di 12 loket. Pelayanannya cepat sehingga tidak sampai terjadi antrean panjang.
Saat keluar dari pintu bandara menuju hotel, tengah malam itu (9/11), kami tidak tahu banyak kondisi di sekitar jalan. Sebab, semua gelap gulita. Jalan-jalan belum dilengkapi penerangan.
Kami baru bisa menyaksikan pemandangan yang sebenarnya ketika melakukan perjalanan darat dari pusat Kota Bangalore ke BIA, Sabtu (14/9) siang. Saat itulah kami bisa melihat betapa India sedang gencar-gencarnya membangun kawasannya. Proyek jalan bebas hambatan ada di mana-mana. Gedung-gedung menjulang dengan arsitektur kontemporer membuat mata kami takjub.
Sekitar 5 kilometer menjelang kawasan BIA, terlihat taman yang asri dan tertata di kanan kiri highway. Jalan raya yang terdiri atas delapan lajur itu terkonsep layaknya jalan-jalan bandara di negara maju. BIA menggantikan bandara lama, Hindustan Airport (HAL), yang beroperasi sejak 1964. BIA berada sekitar 45 km dari pusat Kota Bangalore.
Meski jauh, kini kondisinya lumayan enak. Sebab, ada jalan tol sepanjang 40 km yang aspalnya mulus. Belum selesai semua memang. Karena itu, perjalanan taksi kami berkelok-kelok untuk menghindari proyek jalan yang belum tuntas.
Sekitar 15 km keluar kota, kami banyak menyaksikan tiang-tiang pancang yang berjajar rapi. Pemerintah setempat sedang membangun jalur transportasi masal berupa MRT (mass rapid transit).
\"Pembangunannya dilaksanakan sejak tiga tahun lalu,\" ujar Balu, warga Bangalore yang pernah tinggal di Jakarta, kepada kami.
Di India, MRT ada di beberapa kota. Antara lain, New Delhi, Mumbai, dan Bangalore. Chennai sedang mengebut menyelesaikan infrastruktur yang diperlukan untuk MRT. Dijadwalkan tahun depan beroperasi.
Di Bangalore, pemerintah mengoperasikan MRT sejak dua tahun lalu. Namun, jarak tempuhnya masih terbatas. Yakni sekitar 18,1 km dari Baiyappanahalli ke Mysore Road, pusat Kota Bangalore. Mereka sedang mengembangkan dua koridor baru sepanjang 72 km dengan tujuan yang lebih luas.
Gencarnya pembangunan di Bangalore itu tidak lepas dari keterlibatan perusahaan asing yang berbondong-bondong menginvestasikan modalnya di negara berpenduduk terbesar kedua di dunia tersebut. Tidak hanya dalam pembangunan fisik, investor asing juga masuk di segala lini bisnis. Salah satunya, eBay, perusahaan yang menjadi penghubung antara penjual dan pembeli di seluruh penjuru jagat.
Bulan lalu, eBay membuka kantor cabang di Bangalore. Kantor itu merupakan cabang ke-17 eBay di dunia. Sebelumnya, mereka membuka branch di Chennai bersamaan dengan pembukaan perusahaan pembayaran PayPal.
\"India adalah pusat key role, visi eBay secara global. Yakni, menghubungkan dunia bisnis dan drive the next generation dengan perdagangan secara online,\" jelas Vice President of Technology and Science eBay Ken Moss sebagaimana dikutip di koran lokal India.
E-commerce India memiliki potensi besar. Menurut studi Acel Partners, omzet perdagangan online di India mencapai USD 800 juta dengan 13 juta online shoppers. Hal itu sebanding dengan pengguna internet di India yang mencapai 8 persen dari total jumlah penduduk atau sekitar 137 juta orang. Jumlah tersebut menyamai kondisi Tiongkok pada 2005. Tapi, saat ini pengguna internet di Tiongkok sudah mencapai 538 juta orang dan 227 juta di antaranya adalah online shoppers.
Bangalore yang merupakan ibu kota Provinsi Karnakata merupakan salah satu pusat industri teknologi informasi (TI) di India. Di kawasan Mysore Plateau seluas 1,36 km2, bercokol beberapa perusahaan pengembang TI. Wilayah yang berjarak 18 km di selatan Kota Bangalore itu dijuluki Silicon Valley, seperti pusat TI di Amerika Serikat yang berada di Santa Clara Valley, California.
Kawasan yang dikembangkan sejak 1976 tersebut sejatinya merupakan pusat industri elektronik dengan sebutan Electronics City. Di industrial park itu terdapat beberapa kampus perguruan tinggi. Itulah pusat research and development (R&D) pengembangan software.
Untuk menarik investor, KEONICS, pengelola Electronics City, mempromosikan diri sebagai Silicon Valley India. Mereka menyebarkan artikel ke beberapa media besar di dunia agar para pemilik modal asing mau berinvestasi di Electronics City.
Padahal, sampai sekarang banyak penyewa yang kecewa dengan kondisi jalan yang rusak, tenaga listrik yang minim, dan ketersediaan air bersih yang terbatas.
Saat kami mengunjungi kawasan itu, yang terlihat tidak mencerminkan kawasan industri TI seperti yang gencar dipromosikan. Di sepanjang jalan banyak galian kabel yang dibiarkan begitu saja.
Lebar badan jalan hanya empat lajur yang terbagi dua. Itu pun tidak mulus. Banyak lubang di mana-mana. Apalagi, pada musim hujan seperti saat ini, air menggenang di jalan-jalan yang berlubang tersebut.
Misalnya, yang tampak di proyek pembangunan MRT dan underpass di pusat Kota Bangalore. Proyek itu berdampak pada kekumuhan. Akibatnya, kemacetan lalu lintas pun tidak bisa terelakkan.
\"Pembangunan di India memang sangat gencar, tapi kurang memperhatikan estetika kota,\" kata Karteker Direktur Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Chennai Martin P. Hutabarat yang ditemui Jawa Pos di Chennai. (*/c5/ari)