BENGKULU, BE - Walikota Bengkulu H Helmi Hasan SE sangat peduli terhadap warga masyarakat Kota Bengkulu. Wujud kepedulian tersebut kembali ditunjukkan dalam kegiatan asmara Subuh yang dilaksanakannya kemarin (15/9), bertempat di Masjid Agung At-Taqwa, dimana dalam kesempatan tersebut, walikota merencanakan untuk membangun pesantren khusus tunarungu (bisu).
“Tadi kita sudah menyampaikan kepada walikota dan beliau sangat merespon serta mengapresiasi rencana tersebut. Dimana dalam pesantren itu nantinya akan dilatih para tunarungu tersebut agar dapat mengenal dan memahami agama Islam serta mereka bisa menjadi pendakwah dengan bahasa isyarat di kalangan mereka,” ungkap Al Mukarom dari Jambi, Andi Bin Zarkasih yang menjadi imam dalam asmara Subuh di Masjid Agung At- Taqwa, saat dihubungi, kemarin (15/9).
Dalam rencana tersebut, lanjut Andi yang datang ke Bengkulu bersama anaknya Bilal Bin Andi serta beberapa orang tunarungu namun telah mampu menjadi guru dan pendakwah dengan menggunakan bahasa isyarat, mereka telah mengusulkan hal itu dan walikota bersedia. Dan untuk sementara, akan difokuskan tempatnya di Masjid Agung At-Taqwa. Target mereka sebelum bulan Ramadan tahun depan, mereka telah bisa menerima murid para tunarungu untuk diberi pendidikan agama.
“Kita khawatir, karena sekarang sudah banyak para tunarungu yang dipengaruhi hingga mereka beralih pindah keyakinan agama. Dan dari survey yang kami lakukan, hampir 70 persen tunarungu itu baik di Bengkulu maupun Indonesia pada umumnya tidak dapat membaca. Oleh sebab itu, kita ingin membekali mereka dengan pendalaman tersebut,” kata pria yang pernah mengikuti belajar syariat Islam di Bangladesh tahun 2010 lalu.
Selain itu, dalam pesantren khusus tunarungu tersebut Andi menargetkan bahwa dalam mengikuti pendidikan pengenalan bahasa isyarat yang akan dilatih selama satu tahun, diharapkan agar kedepannya baik tunarungu tersebut maupun anggota keluarganya dapat mempunyai pemahaman agama yang baik sehingga tidak terjadi adanya keluarga tunarungu yang keluar dari agama keyakinannya.
“Jika tidak dibekali maka tunarungu ini rentan dipengaruhi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, seperti di daerah Batam itu sudah ada beberapa orang tunarungu yang murtad dan masuk aliran yahoa, bahkan mereka dijadikan pendeta aliran tersebut. Kita tidak ingin hal ini terjadi di Bengkulu maupun daerah lainnya. Oleh sebab itu kita dirikan pesantren tersebut, dan guru-gurunya telah saya siapkan dari tenaga pendidik bahasa isyarat yang berkompeten,” tandasnya. (adv/009)