JAKARTA--Untuk menekan angka kematian ibu akibat melahirkan, pengguna kontrasepsi harus mencapai angka 65 persen dari rata-rata wanita usia subur. Itu sebabnya, pemerintah harus kerja keras mengkampanyekan program Keluarga Berencana (KB). Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sudibyo Alimoeso menjelaskan, capaian target tersebut akan mempengaruhi jumlah rata-rata anak lahir atau Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2,1. \"Kalau pemakai kontrasepsi dapat ditingkatkan, angka kematian ibu akibat melahirkan (MMR) diharapkan dapat diturunkan, kondisi ini sebagai awal dimulainya penduduk tumbuh seimbang,\" ungkap Sudibyo kepada wartawan di Jakarta, Senin (15/7). Ia mengakui saat ini BKKBN masih belum memenuhi target TFR seperti yang diharapkan. Hasil laporan penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih kalah jauh dibandingkan negara ASEAN seperti Malaysia dan Singapura. \"Saat ini situasinya memang masih belum memuaskan, dan memerlukan kerja keras dan kerja cerdas untuk mencapai target tersebut, agar Indonesia dapat mencapai seperti negara tetangga,\" ujarnya. Mengacu Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, kinerja program KB selama lima tahun (2007-2012) cenderung jeblok. TFR tahun 2012 mencapai 2,6, padahal tahun 2007 sempat mencapai angka 2,4 per perempuan usia subur. Oleh karena itu, pihaknya terus mendorong masyarakat agar menggunakan kontrasepsi yang bersifat jangka panjang dibandingkan dengan pil atau suntik. Pasalnya, alat kontrasepsi jangka panjang dinilai lebih efektif dan menguntungkan dari sisi keuangan. \"Secara ekonomis memang metode jangka panjang baik IUD atau kontrasepsi implant jauh lebih murah dan hemat. Bagi pasangan usia subur yang gampang lupa saya anjurkan memakai cara ini, agar tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan,\" tandas Sudibyo. (esy/jpnn)
Kinerja Program KB Jeblok
Senin 15-07-2013,21:25 WIB
Editor : Rajman Azhar
Kategori :