\"Awalnya terpantau 15 titik. Belakangan meningkat 5 titik api sejak 30 September lalu,\" kata Kabag TU BSKDA Supartono.
\\Antisipasi dilakukan dengan mengerahkan petugas ke sejumlah titik api tersebut. Hanya saja, tidak semua titik api itu merupakan kebakaran hutan.\"Jika musim kemarau masih berlanjut tidak tertutup kemungkinan titik api tersebut bertambah lagi,\" terangnya.
Sementara itu hasil penghitungan BKSDA, areal Cagar Alam Dusun Besar (CADB) terbakar terdata seluas 56,7 hektar total luas 577 hektar. Ini setelah melihat data GPS. Aktivitas pemadaman api di areal cagar alam itu masih terus dilakukan. Sebab masih terdapat sejumlah titik api yang bisa memicu kembali kebakaran.
Diungkapkan Kepala BKSDA Provinsi Bengkulu, Anggoro Dwi, kendala utama pemadaman angin yang terus meniup ke arah semak belukar. Kondisi membuat api merambat daun-daun kering yang mudah terbakar.
\"Kita mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak membakar lahan, apalagi pada saat musim kemarau seperti saat ini,\" imbau Anggoro saat ditemui di lokasi kebakaran. Habitat Terancam Keberadaan hewan-hewan di kawasan cagar alam itu kini terancam. BKSDA pun berencana menerjunkan tim untuk menyelidiki hewan-hewan yang berada di dalam kawasan tersebut. Tim yang berjumlah sekitar 4 orang itu, mulai besok sudah akan mulai bekerja melakukan penelitian dan pemeriksaan.\"Kita harus selamatkan satwa yang ada,\" tuturnya.
Namun kawasan yang ditumbuhi habitat anggrek pensil (Papillionanthe hookerina) masih aman dari kobaran api. \"Habitat anggrek pensil yang tumbuh diantara tumbuhan bakung yang banyak di danau itu. Tumbuhan langka ini masih aman,\" katanya. Warga Aman Sementara itu pantauan di lapangan sejak kemarin kepulan asap tebal tak lagi tampak di pemukiman warga yang ada di dekat cagar alam. Sebanyak 270 KK di kawasan itu mulai melakukan aktivitas seperti biasa. Warga yang sempat mengungsi juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Pun begitu warga mengaku masih trauma, khawatir terulang kembali. \" Asapnya sudah tidak ada lagi sehingga kami tidak jadi mengungsi,\" kata Narto warga setempat. Waspada Ispa Asap tebal akibat kebakaran cagar alam yang menyelimuti pemukiman warga bisa memicu inpeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Namun menurut Kepala Dinas
Kesehatan Kota Bengkulu, drg Mixon Syahbudin belum ada data yang menunjukkan warga terkena ISPA akibat kejadian itu. Diakuinya sejak awal kejadian, ia bersama dengan Palang Merah Indonesia melakukan peninjauan ke lapangan membagikan sejumlah masker.
\"Tadi malam (kemarin) saya meninjau ke tempat kejadian. api sudah mulai redam, sedangkan asap masih sedikit ngepul, \" ungkapnya. Terkait kejadian ini, Dinkes masih menunggu reaksi pascakejadian. Sebab belum bisa memastikan asap yang dikeluarkan itu akan menganggu kesehatan warga kota atau tidak.
\" Kita belum mengeluarkan warning. Arah asap sendiri belum diketahui apakah menuju kawasan pemukiman perkotaan atau justru mengarah ke tempat lain, \" pungkasnya.(100/111/247)