MUARA RUPIT, BE - Bentrok massa pemekaran Muratara dengan aparat kepolisian di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) simpang empat KM 75 Kelurahan Muara Rupit, Kecamatan Muara Rupit, Kabupaten Musi Rawas (Mura) menewaskan 4 warga dan 11 luka-luka serta pembakaran Mapolsek Rupit, mobil milik polisi, sempat berlanjut dengan pembakaran Mapolsek Karang Dapo pukul 09.30 WIB hingga rata dengan tanah. Namun, aksi pemblokiran jalan di simpang empat itu tidak lagi berlangsung setelah portal dibuka masyarakat pukul 17.00 WIB. Anggota TNI dari Kodim 0406/Mura pun masih berjaga-jaga di kawasan tersebut. Tumpukan pasir kayu dan lain-lain yang bertebaran di Jalinsum sudah dibersihkan masyarakat bersama anggota TNI.
Kapolres Mura AKBP Barly Ramadhani saat dikonfirmasi menyatakan, kronologis dari kejadian tersebut berawal dari mediasi dirinya bersama perwakilan masa pendukung pemekaran Muratra, Syarkowi Wijaya dan utusan dari Bupati Mura yang difasilitasi di Mapolsek Muara Rupit.
”Ada lemparan dan letusan senjata api jenis rakitan yang diarahkan kepada anggota yang sedang berjaga di sekitar pangkal jembatan. Lalu anggota otomatis bertahan untuk menjaga diri. Dari pada anak buah saya banyak yang mati lebih baik saya tarik semua anggota saya dari situ, dan massa melampiaskan pada Mapolsek dan dibakar,” ungkap Barly Ramadhani.
Ia juga sudah meminta berulang-ulang kali kepada perwakilan massa, agar segera dibubarkan tetapi hingga kejadian tersebut memuncak tidak ada tanggapan dari pihak yang bersangkutan. ”Saya sudah meminta kepada mereka agar segera membubarkan masa, bila tidak bubar ini akan menimbulkan bentrok. Berulang kali sudah saya katakan, tetapi tidak digubris sehingga menimbulkan bentrok tersebut,” tuturnya.
Pihaknya juga diminta melakukan pengusutan terhadap kejadian tersebut baik kasus penembakan, maupun pembakaran polsek.”Kita cari kedudukan permasalahan terlebih dahulu siapa yang bersalah berhadapan dengan hukum,”terangnya.
Ia juga membenarkan ada sejumlah anggota yang terluka akibat bentrok tersebut, 6 orang terluka parah dan 7 orang lagi luka ringan. Sedangkan infrastruktur yang tak luput dari amukan masa, yankni 5 mobil dari Mapolres Musi Rawas truk 2 dalmas 1, patroli 1, mobil pribadi 1.
Secara terpisah, Camat Muara Rupit, Firdaus memastikan portal yang dipasang warga sudah dilepaskan pada pukul 17.00 WIB, dan sekarang di dekat jembatan itu dijaga anggota TNI dari Kodim 0406/Musi Rawas.
“Portal yang semula dipasang warga sudah dibuka pukul 17.00 WIB tadi. Sekarang kondisi di Muara Rupit sudah kondusif tetapi penjagaan tetap dilakukan oleh tentara di simpang empat,” jelas Firdaus, kemarin. Firaus juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang sudah tenang pasca terjadinya bentrok dengan aparat kepolisian hingga menewaskan 4 warga.
Desak Pemekaran Muratara
Sebelumnya, pada pagi hari pukul 10.30 WIB sejumlah portal yang menghalangi jalan masih dijaga warga. Tumpukan pasir, batang kayu, dan portal besi yang menghalangi jalan, dipasangi warga spanduk dan sejumlah tulisan \"Polisi Masuk Mati\".
Toni (34), warga Muara Rupit menyampaikan, sudah banyak darah yang tumpah di Muratara, pemekaran Muratara harga mati bagi mereka dan Kabupaten Muratara harus mekar.
\"Kami akan tetap menutup jalan ini sampai Muratara mekar. Kami butuh janji hitam di atas putih kami sudah jemuh dengan janji mulut, dan kami tegaskan sekali lagi jangan sampai ada polisi yang masuk ke sini, utang darah dibayar darah utang nyawa dibayar nyawa,\" ungkapnya sambil menunjukan 2 unit kendaraan milik polisi yang dibakar yang masih berada di tengah jalan.
Ia juga mengatakan 4 orang dari 17 korban yang berasal dari warga tewas yakni Arianto Bin Salkat/Nang Akuk (18) Desa Muara Rupit , Kecamatan Rupit. Suharto bin Sukri (18) Desa Muara Rupit Kecamatan Rupit, Arson Sandi Yosef (33) Desa Muara Rupit Kecamatan Rupit, Fadillah (40) Desa Pantai Kertasari, Kecamatan Rupit. Keempatanya diduga tewas akibat terkena luka tembak.
Dari hasil pemeriksaan medis yang dilakukan di RS Muara Rupit, di sekitar tubuh Arson terdapat bekas luka berlubang yang menembus dada kanan menembus dada kiri, sedangkan Suharto luka dengan lubang di kepala, Riko dengan lubang di bawah puting susu. Fadilah lubang di dada. Arianto dengan lubang di atas dada.
Sedangkan 13 orang yang lainya menjadi korban dalam bentrok tersebut yakni Yopi (19), Andri (19) Diki (28) Syahri (57), Riko (23), Iin (27), Mail (50), Koko (32), Toni (20) Andi (20), Iwan (19) Andri (20), sedangkan Kaizah (30) dalam kondisi kritis dan dilarikan ke RS Muhamad Husein Kota Palembang. Secara keseluruhan mempunyai luka berlubang yang sama di sekitar anggota tubuh mereka, seperti tangan, kaki dan yang lainya.
Menurut Kepala Unit Pelayanan Darurat (UPTD) RS Muara Rupit, Indra pihaknya mengatakan untuk saat ini hanya tinggal 1 pasien saja yang di rawat di rumah sakit tersebut. ”Rumah sakit kita tipe D, jadi semua korban awalnya dirawat disini, setelah itu kita rekomendasikan ke RS Dr Sobirin di Lubuklinggau, sekarang tinggal 1 pasien Ismail (50) yang luka lubang pada kaki sebelah kiri,” terangnya.
Sementara itu, Muhtaridi, warga setempat menyampaikan warga sebenarnya tidak menginginkan bentrok tersebut terjadi, dan mereka tanpa ada persiapan apapun. ”Awalnya ada sejumlah anggota yang baru masuk ke lokasi, setelah jumlah polisi bertambah banyak, mereka mengarahkan lampu mobil tembak jarak jauh, ke arah masa di pangkal jembatan, sehingga hal tersebut memancing emosi warga,”kata dia.
Setelah itu lanjutnya, ada suara letusan beberapa kali ke arah atas.”Mereka memaksa menembus blokade massa, lalu mengarahkan tembakan kearah kami. Polsek tidak akan mungkin dibakar masa bila tidak ada korban dari pihak warga,”terangnya.
Terbaring Lemah
Korban bentrok dengan aparat Kepolisian yang terjadi di Kecamatan Muara Rupit, Kabupaten Musi Rawas, Senin (29/4) kemarin masih terbaring lemah di Rumah Sakit (RS) dr Sobirin, Selasa (30/4).
Saparudin (34) warga Kecamatan Muara Rupit yang merupakan anak dari, Syahril (57) salah seorang korban menceritakan, sebelum peristiwa terjadi Ketua Presidium Pemekaran Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sarkowi sekitar pukul 10.00 WIB meminta pada masyarakat untuk melakukan demonstrasi pemekaran Muratara dan jangan dulu diberhentikan sebelum dikabulkan permintaannya.
Pada sore harinya Sarkowi berorasi dan seorang mahasiswa asal Jambi, Redy (korlap unjukrasa) melakukan orasi di tas panggung yang sudah disiapkan lengkap dengan sound sistem. \"Ketika Sarkowi turun dari panggung, dia berusaha untuk kabur, kami pun mencoba menahannya. Namun sekitar pukul 20.00 WIB, Sarkowi berhasil kabur dan tidak ditemukan oleh masyarakat,\" jelas pedagang itu dihadapan wartawan.
Dia menambahkan, setelah itu dia pulang kerumah untuk mengantar anaknya dan ketika kembali lagi ke lokasi unjukrasa sekitar pukul 22.00 WIB, dia melihat ayahnya sudah tergeletak di jalan dan bersimbah darah. Saat itu lah masyarakat yang ada disekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP) ditembaki.
Malam itu sangat mengerikan sekali, setelah ayah Saparudin tertembak di kakinya, hujan peluru pun terjadi. Suara letusan senjata api yang dikeluarkan oleh polisi terus beruntutan. \"Saya begitu ketakutan, tapi saya terus berusaha menolong ayah saya. Akhirnya 30 menit kemudian tembakan pun mereda dengan belasan korban mengalami luka tembak, bahkan ada yang meninggal dunia,\" cerita Saparudin.
Adapun korban-korbannya yakni, Syahril yang mengalami patah tulang kaki sebelah kiri akibat tertembus peluru. Lalu Diki (21) yang pada saat kejadian hendak menolong Syahril, namun naas dia juga harus terkena peluru di kaki sebelah kirinya. Dan Andri (19) yang sedang membeli nasi di dekat TKP terkena juga peluru dan menderita luka tembak di lutut kiri, serta di kaki kanan. Kini ketiga korban dirawat di ruang Teratai.
Selain itu, di ruang Cempaka yakni, Diko (24) menderita luka tembak dibagian pergelangan tangan hingga tembus pada saat dia pulang dari rumah temannya dengan menggunakan sepeda motor. Dan Alamsyah (17) seorang pelajar kelas X disalah satu sekolah yang ada di Musi Rawas harus menderita luka di kepalanya akibat terserempet peluru, ketika dia sedang bermain di rumah temannya.
Selanjutnya korban yang dirawat di ruang Kenanga yaitu, Toni (28) warga Kecematan Muara Rupit menderita luka tembak dibagian kaki sebelah kanan, serta Indra (35) menderita luka tembak di lengan sebelah kanan. Lalu Koko (30) dirawat di ruang Anggrek akibat menderita luka tembak di bagian kaki sebelah kanan.
Sedangkan korban yang bernama Kaisar (36) dirujuk ke RS di Palembang karena luka tembak yang didetinya cukup parah, yaitu di bagian bahu sebelah kiri.
Dikuburkan Satu Liang
Di bagian lain empat korban penembakan dimakamkan oleh keluarga dan ratusan massa. Dari pantauan lapangan tiga korban tewas yaitu Mikson (35), Apriyanto (18) dan Suharto (18) dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Rupit dalam satu lubang.
Sedangkan satu korban lainnya Padilah (45) dimakamkan di Desa Pantai atau sekitar satu kilometer dari Desa Rupit. Sedangkan 10 korban penembakan lainnya masih dirawat di Rumah Sakit Kota Lubuklinggau.
Usut Proyektil
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Suhardi Alius memastikan empat warga yang tewas dalam unjuk rasa pemekaran Musi Rawas, terkena peluru. Polisi akan menelusuri asal proyektil yang membuat empat warga tewas.
\"Empat orang yang tewas karena terkena senjata api, nanti kita lihat proyektilnya,\" ucap Suhardi di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (30/4).
Ia menjelaskan, Kapolres Musirawas sudah melakukan antisipasi pengamanan dengan menyiapkan 200 personel Dalmas yang dikumpulkan dari Polsek-Polsek. \"Pada saat kejadian pertama 200 personil dar Polres dan Polsek sudah diterjunkan,\" ucapnya.
Namun, pengunjuk rasa lebih anarkis dengan melakukan pembakaran terhadap Mapolsek Muara Rupit dan sarana lainnya seperti kendaraan roda empat empat buah, kendaraan roda dua satu buah, dan pintu-pintu asrama polisi.
Saat ini sudah ada lima satuan setingkat kompi Brimob yang berasal dari Polda Sumatera Selatan dan Polda Jambi, serta satu satuan setingkat kompi TNI. \"Di Muara Supit masih ada 100 orang yang melakukan penutupan dan pemblokiran, diperkirakan pengunjuk rasa makin bertambah karena panggilan yang lain,\" ujarnya.(**)