Gubernur ‘Dipaksa’ Usung Sultan-Dian

Jumat 19-04-2013,13:00 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

JAKARTA, BE - Bursa calon wakil gubernur (Cawagub) yang selama ini menjadi tarik ulur akhirnya mencapai titik klimaks. DPP Demokrat sudah memutuskan dua nama calon wakil gubernur (Cawagub) yang harus diusulkan ke DPRD Provinsi, yaitu Sultan B Najamudin dan Dian A Syahroza.

Keputusan ini sudah diambil di sela-sela acara HIMPI bertajuk \"Indonesian Young Leaders Forum (IYLF) 2013\" di Hotel Ritz Carlton, kemarin. Di sela-sela tersebut, Sultan B Najamudin yang juga Pengurus HIMPI Pusat dipanggil SBY yang juga didampingi oleh Syarif Hasan dan Hatta Rajasa. \"Sudah clear. Sultan dan Dian sudah (ditetapkan cawagub) final,\" ujar Ketua Harian DPP Demokrat Syarif hasan Syarif Hasan.

Dia mengatakan, dalam waktu dekat antara Sultan dan Dian akan melakukan penandatangan pakta integritas yang dibuat oleh DPP Demokrat. Selanjutnya, dua nama tersebut akan diserahkan ke DPRD Provinsi untuk diproses pemilihan. \"Dalam waktu dekat, surat resmi akan dikeluarkan,\" ujarnya.

Gubernur Bengkulu H Junaidi Hamsyah, usia menghadiri pelantikan GAPKI di Santika Hotel, Kota Bengkulu  mengatakan Cawagub masih digodok oleh DPP Demokrat melalui Plh DPP Demokrat Syarif Hasan. \"Sedang dikaji oleh Pak Syarif Hasan ya,\" ujar Junidi, singkat.

Seperti telah diprediksi sebelumnya, dua calon yang akan bertemu di paripurna DPRD Provinsi yaitu Sultan B Najamudin versus Dian A Syahroza. Mengingat dua Cawagub yang sama-sama diusulkan oleh Demokrat ini memiliki kekutan politik yang sama.

Pertemuan Sultan Vs Dian, diibaratkan dunia persepakbolaan adalah laga “El Casico”. Keduanya adalah musuh bebuyutan yang memiliki kekuatan besar dalam dunia perpolitikan di Bengkulu. Mereka pernah berseteru saat pemilu legislatif 2009 lalu, memperebutkan kursi DPR RI, antara keluarga Najamudin dan keluarga Syahroza. Saat itu terjadi persengketaan perolehan suara antara calon DPR RI Dinmar Najamudin dan Dian Syahroza, yang akhirnya dimenangkan oleh Dian A Syahroza.

Dalam pertarungan perebutan kursi wakil gubernur, Sultan dikabarkan lebih dekat dengan keluarga Cikeas, sedangkan Dian lebih dekat dengan Marzuki Alie, sama-sama memiliki kekuatan politik besar.

Namun, Sultan mengatakan dalam urusan Pilwagub, dia tidak pernah merencanakan apapun, mengaku hanya mengikuti skenario Tuhan. “Saya hanya mengikuti saja, saya tidak punya rencana apa-apa. Kalau toh akhirnya masuk sebagai salah satu yang direkomendasi (dari Demokrat dan PAN) itu bagian dari skenario Tuhan,” ujar Sultan, kepada wartawan.

Sebelumnya, Dian A Syahroza, juga mengatakan siap apabila dipercaya untuk menjadi calon Wagub oleh partai Demokrat. Sebagai kader Demokrat, dia siap menjalankan keputusan partai, yang memberikan kepercayaannya menjadi calon Wagub. “Apapun keputusan partai ya kita jalankan, dan kita serahkan kepada gubernur, siapa yang dianggap paling sreg dicalonkan untuk mendampinginya,” kata Dian.

Asnawi Minta Maaf Sekretaris Provinsi (Sekprov) Drs H Asnawi A Lamat MSi akhirnya buka suara secara resmi terkait isu perpolitikan menyangkut dirinya selama ini. Selama ini Asnawi berjuang menjadi calon Wagub, belum berhasil, sehingga dikabarkan akan mendaftar menjadi caleg DPRD Provinsi, DPR RI dan DPD RI. Namun, dengan berbagai pertimbangan yang telah diambilnya, Asnawi mengumumkan secara resmi jika dirinya akan menyelesaikan tugasnya sebagai Sekprov hingga masa pensiun. Tidak mencalonkan menjadi DPRD, DPR RI atau DPD RI. Meski, dikatakannya dukungan menuju legislatif tersebut sangat besar.

Berbagai pilihan menjelang pensiun dan setelah gagal menjadi wagub, tidak mudah dihadapi bagi Asnawi. Namun, adanya pilihan-pilihan yang sangat sulit tersebut, sudah biasa dihadapi sejak mengabdi mnenjadi pegawai negeri sipil (PNS). Asnawi menyampaikan kisah hidunya, yang disebutnya sebagai \"Lika-liku menyambut takdir\". \"Kita perlu sama-sama tahu bahwa pastilah setiap orang bercita-cita dalam suasana bahagia, sukses dan berguna untuk nusa dan bangsa, termasuk daerah Provinsi Bengkulu,\" ucap Asnawi, dihadapan para jurnalis.

Dia mengatakan, dalam menghadapi persoalan, selalu dihadapkan pada  pilihan-pilihan untuk mengambil keputusan. Sebagai orang biasa, memiliki keterbatasan. Saat dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit, \"kita salat istiqarah. Minta petunjuk agar Allah SWT memberikan Ilham dan pertunjuk sebelum mengambil keputusan sesuatu,\" ujarnya.

Dia mengatakan, pilihan itu selalu datang dari luar. Sebab, jika berasal dalam dirinya, hal tersebut adalah cita-cita yang diinginkannya. Asnawi membeberkan, sejak menjadi pegawai pada tahun 1974, dia sudah dihadapkan pada pilihan yang sulit. \"Saya masuk sebagai tenaga honorer pemerintah Kota Bengkulu, kantor PMD Kota Madya, intitusi di bawah Depdagri  (vertikal). Saya sudah dihadapkan pada pilihan, apakah mau jadi pegawai honorer di Pemda kota dan pegawai harian PMD vertikal,\" katanya.

Dengan pilihan yang sangat sulit tersebut, akhirnya Asnawi tetap memilih menjadi pegawai PMD Kota. Kemduian, pada tahun 1978, dia memcveritakan kembali dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit.

\"Pada saat itu datang tim dari Provinsi. Saya mendapat tawaran, saya diminta menghadap Pak Razie (gubernur saat itu), yang ingin menarik ke Pemda Provinsi. Kalau mau menarik, kok saya harus menghadap. Saya tidak mau ambil. Saya tetap akan menjadi pegawai PMD Kota Bengkulu,\" ujarnya.

Kemudian, pada tahun 1994, menerima utusan Sekda Kabupaten Bengkulu Selatan (BS) saat itu Bahrullah, agar mengambil mengambil formulir wakil bupati BS, DPRD akan memproses itu. \"Alasannya (Bahrullah) di atas kertas menang. Iskandar Dayo (Bupati BS saat itu) sudah setuju dan pak Murman (Ketua DPRD BS saat itu) juga. Tapi, pada saat itu ada pilihan lain. Saya ditawari pindah ke Jakarta. Bahkan mereka menawari eselon III,\" ceritanya.

Di sisi lain, dia telah menerima SK sebagai kepala PMD RL.  SK-nya sudah keluar, tapi pelantikan belum dilaksanakan. Tiga pilihan ini untuk mengambil keputusan. \"Saya bermunajat kepada Allah. Maka saya putuskan untuk melaksanakan SK,\" ujarnya.

Kemudian, pada tahun 2005 saat Agusrin menjadi gubernur Bengkulu, Agusrin, Asnawi ditarik ke Pemprov Bengkulu. \"Saya di tarik dari RL oleh Pak Agusrin, beliau menawarkan kepada saya jabatan. Saya tahu seorang pegawai negeri tidak boleh pilih-pilih. Maka saya ditugaskan menjadi Kepala Kesbanglinmaspol Provinsi,\" katanya.

Asnawi juga membeberkan rahasia, saat akan menjadi Caretaker Bupati Benteng. \"Begitu diketok palu, Undang-undang Benteng, wartawan media cetak sudah muncul nama saya untuk dicalonkan sebagai pejabat Bupati Benteng. Saya dipusingkan 4 bulan, karena selalu diskusi. Analisa, sehingga saya bermunajat, ada apa lagi ini,\" katanya.

\"Pusing juga, akhirnya saya mendapat petunjuk menghadap gubernur. Saya bilang, Pak gubernur kalau ada pilihan lain, maka tetapkanlah itu. Saya rela. Ternyata, beliau (Agusrin)  menginginkan Pak Bambang Soseno, saat itu begitu tahu Pak Bambang, reraksi masyarakat pro kontra,\" ujarnya. Asnawi mengaku tidak berkecil hati meski, tidak ditetapkan oleh Agusrin menjadi pejabat Bupati Benteng. \"Saya tidak akan berkecil hati, karena itu kewenangan gubernur. Saya tidak pernah malu, karena saya tidak pernah minta. Tidak pernah rugi, karena tidak pernah mengeluarkan uang,\" katanya.

Tapi, dia mengatakan ada hikmah dibalik itu semua. Meski gagal menjadi pejabat bupati Benteng, dia akhirnya  ditawari menjadi Pejabat Bupati Bengkulu Selatan (BS) 1,5 tahun, kemudian pejabat Bupati Benteng menggantikan Bambang Soseno selama 6 bulan.

\"Kemudian saya dihadapkan dua pilihan, yaitu tetap Pejabat Bupati Benteng apa Sekda. Saya ini seoarang PNS bercita-cita mendapatkan karir puncak. Kalau Pak gubernur mempercaya, saya bersedia,\" katanya. Kemudian, dukungan untuk menjadi wakil gubernur sangat besar.

\"Saya tidak menyangka dukungan sebesar itu, berbagai dukungan dari masyarakat. Paling tidak mereka memberikan respon, bahkan mereka yang mendaftarkan saya ke Demokrat. OKP dan LSM yang mendukung, kalangan PNS di Pemda dan kabupaten, paling tidak mendoakan. Melaui SMS, tulisan, mendukung,\" curhat Asnawi.  Tapi persoalan ada pada parpol Demokrat dan PAN, yang memeiliki kewenangan menentukan cawagub.

\"Kedua partai ini saya coba maksimal mungkin, tapi mereka yang punya kewenangan. Mau tidak mau harus lewat parpol, kita sudah berusaha tapi kenyataannya dua partai ini tidak mendukung namanya Asnawi,\" ujarnya. \"Saya ucapkan terimakasih, semua pihak yang telah mendukung saya. Masyarakat luas, seberapa dukungan itu. Perjuangan itu hari ini sidah berakhir, untuk perwaguban,\" katanya.

Karena tidak berhasil menjadi wagub, Asnawi meminta maaf kepada para pihak yang telah mendukungnya. \"Saya minta maaf perjuangan ke posisi perwaguban tidak berhasil, walaupun pak gubernur belum menyampaikan nama ke DPRD. Saya tidak berkecil hati dengan siapapun. Karena, saya sudah bekerja dengan maksimal,\" tuturnya.

Dia mengatakan, justru akan merasa bersalah pada saat pensiun nanti, jika tidak berjuang. \"Tapi, saya salah, kalau saya tidak berjuang dengan maksimal. Soal dapat tidak dapat itu bukan urusan saya.  Tapi yang penting saat saya pensin nanti, tidak keluar lagi kata-kata, o dulu pak Asnawi ada peluang jadi Wagub. Dan untuk mengatakan itu juga sudah tertutup,\" katanya.

Dan bisa menjadi bahan cerita keluarganya nanti, \" Buat saya, anak cucu kita, suatu saat nanti bisa bilang, Bapak dulu bukan tak berjuang, tapi sudah berjuang, tapi belum berhasil,\" ujarnya.

Dikatakannya, dia tetap berlapang dada meski tidak menjadi Wagub. \"Persoalan Wagub yang maha kuasa sudah tahu rahasianya,\" katanya. Pilihan lain menjadi anggota DPRD, DPR RI dan DPD RI juga tidak diambilnya saat ini. Meski dukungan dari berbagai pihak sangat besar. Namun, dia memutuskan untuk tidak mengambilnya.

Melainkan, memilih untuk menyelesaikan tugasnya sebagai Sekretaris Provinsi hingga masa pensiun. \"Saya nyatakan bahwa dengan mengucapkan \'Bimislahirrohmannirokhim\', saya menyatakan diri tidak akan mendaftarkan diri ke DPD, DPR RI dan DPRD serta masuk parpol. Saya akan fokus menyelesaikan amanah hingga massa jabatan berakhir,\" katanya.(100)

Tags :
Kategori :

Terkait