KUR Terserap Rp 690 Miliar

Rabu 17-04-2013,11:07 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

BENGKULU,BE- Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan perbankan di Provinsi Bengkulu mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Tercatat tahun 2012 lalu pertumbuhannya mencapai 50,7 %. Ini disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bengkulu, Yuwono saat menerima kunjungan kerja Komisi XI DPR RI, di Hotel Horizon Bengkulu, Senin (15/4).

Ikut pula dalam pertemuan itu kalangan perbankan, Askrindo dan Jamkrindo. \"Penyaluran KUR di Bengkulu sangat baik karena setiap tahunnya mengalami kenaikan,\" terang Yuwono.

Jika dibandingkan dengan tahun 2011 pertumbuhan KUR tahun 2012 lebih kecil. Sebab tahun 2011 KUR mengalami pertumbuhan sebesar 68,5 persen senilai Rp 458 miliar. Sedangkan untuk tahun 2012 yaitu sebesar 50,7 persen dengan nilai Rp 690 miliar. Begitu pula dibandingkan dengan pertumbuhan nasional, pertumbuhan KUR secara nasional sebesar 53 persen.

Penyalur KUR di Bengkulu baru bank-bank milik pemerintah. Penyaluran mengalami beberapa kendala antara lain masih terdapat persepsi di masyarakat bahwa KUR adalah hibah dari pemerintah sehingga tidak perlu dikembalikan pinjamannya. Masyarakat beranggapan bahwa KUR hanya diberikan kepada individu yang baru akan mulai berusaha.

\"Akibatnya, pengajuan KUR masyarakat didominasi oleh pengusaha pemula sehingga banyak yang dinyatakan tidak layak untuk diberikan KUR,\" tambah Yuwono.

Sementara itu Ketua Komisi XI DPR RI Dr Harry Azhar Azis mengatakan secara umum penyaluran KUR di Bengkulu sudah sangat baik. Namun masih sedikit perbankan yang mau menyalurkan kredit. Sebab KUR tanpa menggunakan agunan sehingga resiko bagi bank sangat tinggi.

\"Ke depannya kita akan membuat peraturan untuk masalah KUR. Di antaranya 60 sampai 70 persen akan ditanggung asuransi dan sisanya ditanggung bank,\" terang Harry.

Asuransi yang akan digunakan adalah Askrindo ataupun Jamkrindo. Dengan begini semakin banyak bank yang siap menyalurkan KUR.

\"Potensi kredit yang ada di Bengkulu sangat tinggi. Tapi belum sepenuhnya tersentuh perbankan. Makanya ini perlu dicari jalan keluarnya,\" pungkasnya.(251)

Tags :
Kategori :

Terkait