BENGKULUEKSPRESS.COM - Terapi listrik adalah metode pengobatan penyakit yang memanfaatkan rangsangan elektrik. Terapi ini cukup sering digunakan untuk menangani beberapa jenis penyakit saraf dan kejiwaan. Beberapa metode terapi listrik bisa dilakukan di rumah sesuai rekomendasi dokter atau melalui operasi.
Terapi listrik untuk menangani rasa sakit telah digunakan sejak zaman dahulu, yaitu dengan memanfaatkan sengatan listrik dari ikan. Seiring berkembangnya teknologi, tepatnya sejak pertengahan abad ke-18 hingga kini, terapi listrik telah menggunakan mesin khusus dan peralatan yang semakin canggih.
BACA JUGA:Nikmati Sensasi Es Kelapa Muda Ibu Akbar, Hidangan Sejuk di Tengah Panasnya Cuaca
Berbagai Manfaat Terapi Listrik bagi Kesehatan
Terapi listrik cukup banyak digunakan sebagai metode penanganan penyakit saraf dan beberapa macam gangguan kejiwaan. Penyakit saraf sendiri dapat dikenali dengan munculnya berbagai gejala, seperti sakit kepala, kesemutan, mati rasa, otot tubuh melemah, kelumpuhan, serta nyeri di bagian tubuh tertentu seperti nyeri punggung bagian bawah atau atas.
Dalam penanganan penyakit saraf, terapi listrik bekerja dengan cara mengirimkan sinyal listrik dan menstimulasi saraf yang terganggu agar saraf tersebut dapat berfungsi kembali secara normal. Sementara itu, pada penderita gangguan kejiwaan, terapi listrik berfungsi untuk merangsang bagian saraf otak yang rusak atau mengalami gangguan agar dapat kembali berfungsi dengan baik.
BACA JUGA:Sosialisasi Kapolresta Bengkulu: Orang Tua Diminta Awasi Anak dari Geng Motor
Terapi listrik biasanya digunakan untuk mengobati beberapa macam gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, gangguan obsesif kompulsif atau OCD, depresi berat, gangguan bipolar, serta gangguan kejiwaan yang tidak membaik dengan pemberian obat-obatan dan psikoterapi.
Berbagai Jenis Terapi Listrik
Ada beberapa jenis terapi listrik yang sering digunakan sebagai pengobatan berbagai macam penyakit, di antaranya:
1. Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
TENS adalah jenis terapi listrik yang menggunakan mesin bertenaga baterai dengan voltase atau tegangan rendah untuk meredakan rasa sakit. Mesin berukuran kecil ini dapat mengantarkan sinyal listrik melalui 2 elektroda yang ditempatkan di bagian saraf pada kulit atau bagian tubuh yang menjadi sumber rasa nyeri.
Metode ini paling sering digunakan untuk menangani nyeri sendi atau arthritis, nyeri saat haid, sakit lutut, sakit leher, fibromyalgia, dan sakit punggung bagian bawah. Pada kasus tertentu, TENS juga digunakan untuk meringankan rasa sakit saat persalinan.
BACA JUGA:Madu Sialang Sabah: Khasiat Luar Biasa dari Hutan Liar
TENS bekerja dengan cara menghambat hantaran atau impuls nyeri dari saraf yang bermasalah menuju otak, sehingga rasa nyeri dapat berkurang. Selain itu, terapi listrik ini juga diduga dapat menstimulasi saraf otak untuk memproduksi hormon pereda nyeri alami atau endorfin yang dapat menghambat persepsi terhadap rasa sakit.
2. Percutaneous electrical nerve stimulation (PENS) atau elektroakupunktur
Metode terapi listrik ini memadukan teknik pengobatan tradisional Timur dan teknologi kedokteran Barat. PENS menggunakan alat kecil yang menyerupai jarum akupunktur untuk mengalirkan listrik. Teknik ini juga bisa dipadukan dengan pengobatan akupunktur.
Beberapa studi menyebutkan bahwa terapi listrik dengan metode PENS dapat meringankan nyeri, memperbaiki kualitas tidur, dan membantu penderita gangguan saraf serta nyeri lutut untuk melakukan aktivitas fisik. Namun, hingga saat ini, efektivitas terapi listrik PENS sebagai penanganan gangguan saraf masih belum menunjukkan hasil yang konsisten dan masih perlu diteliti lebih lanjut.
BACA JUGA:SD Negeri 62 Terbengkalai, Sukatno Janji Cari Solusi
3. Deep brain stimulation (DBS)
Terapi ini merupakan salah satu metode terapi listrik yang memerlukan tindakan operasi. Metode terapi listrik ini dilakukan dengan cara memasang elektroda pada otak yang berfungsi untuk mengirim aliran listrik ke saraf otak melalui mesin khusus. Metode ini awalnya digunakan dalam pengobatan penyakit Parkinson. Namun, kini DBS juga digunakan untuk mengobati berbagai gangguan psikologis, seperti depresi dan gangguan obsesif kompulsif (OCD).
4. Repetitive transcranial magnetic stimulation (RTMS)
Repetitive transcranial magnetic stimulation memanfaatkan gelombang elektromagnetik untuk mengirim sinyal listrik guna menghambat rasa sakit atau nyeri. Namun, metode ini umumnya perlu dilakukan lebih dari satu kali untuk mendapatkan hasil maksimal.
BACA JUGA:Peluang PPPK Pemkot Bengkulu Dibuka, CPNS Tak Lolos Dilarang Daftar
Terapi listrik juga umum digunakan sebagai bagian dari metode rehabilitasi fisik atau fisioterapi. Peralatan terapi listrik memang banyak dijual bebas. Namun, hindari menggunakan alat-alat tersebut untuk meredakan rasa sakit tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.Walau mampu memberikan manfaat bagi beberapa orang dengan kondisi tertentu, namun sejauh ini masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan potensi terapi listrik dalam penanganan penyakit saraf.(bee)