Makanan, Minuman dan Tembakau Penyumbang Utama Deflasi Bulan Agustus 2024

Selasa 03-09-2024,12:08 WIB
Reporter : Tri Yulianti
Editor : Rajman Azhar

BENGKULUEKSPRESS.COM  -  Pada bulan Agustus 2024, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,18 persen secara month-to-month (m-to-m), sementara inflasi year-on-year (y-on-y) tercatat sebesar 2,34 persen, dan inflasi year-to-date (y-to-d) berada pada angka 0,67 persen. 

Meskipun terjadi deflasi bulanan, inflasi tahunan masih berada dalam batas yang dianggap aman.

Deflasi yang terjadi pada bulan Agustus ini terutama disumbangkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, dengan kontribusi deflasi sebesar 0,29 persen.

Beberapa komoditas utama yang berkontribusi terhadap deflasi antara lain bawang merah (0,12 persen), cabai merah (0,11 persen), tomat (0,03 persen), daging ayam ras (0,02 persen), dan angkutan udara (0,02 persen).

BACA JUGA:Pengurus ILUNI UNP Provinsi Bengkulu Dilantik, Siap Berkontribusi Memajukan Dunia Pendidikan

Di sisi lain, inflasi year-on-year pada bulan Agustus 2024 didorong oleh beberapa kelompok utama. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar dengan andil 1,36 persen, di mana beras dan sigaret kretek mesin (SKM) masing-masing memberikan kontribusi sebesar 0,44 persen dan 0,27 persen. 

Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menyumbang 0,31 persen, dengan emas perhiasan menjadi komoditas utama yang mendorong inflasi sebesar 0,21 persen.

Selain itu, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran juga menyumbang inflasi sebesar 0,26 persen, dengan nasi dengan lauk dan ayam goreng masing-masing memberikan andil sebesar 0,08 persen dan 0,05 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu, Win Rizal, menjelaskan bahwa situasi ini mencerminkan proses normalisasi harga setelah sebelumnya mengalami kenaikan.

BACA JUGA:Jemput Bola, Puluhan e-KTP ODGJ, Lansia hingga Disabilitas Dicetak Disdukcapil Kota Bengkulu

"Kita sikapi bahwa ini adalah sebuah proses, ya. Artinya, harga yang tadinya naik kembali ke normal. Upaya yang dilakukan ternyata mampu menjaga gejolak harga," ungkapnya.

Namun, Win Rizal juga mengingatkan adanya beberapa komoditas yang perlu diantisipasi, terutama beras yang mulai menunjukkan tren kenaikan harga secara bulanan. 

"Kami khawatir seperti tahun lalu, beras ini tidak turun, malah mulai naik lagi. Takutnya, kenaikan ini akan terus berlanjut dan tidak teratur lagi," tambahnya.

Meskipun inflasi y-on-y mencapai 2,34 persen dan inflasi y-to-d berada pada 0,67 persen, Win Rizal menilai bahwa angka-angka ini masih dalam rentang aman yang ditetapkan oleh pemerintah. 

Dengan perkembangan ini, para pengambil kebijakan diharapkan dapat terus memantau dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas harga, terutama untuk komoditas yang menunjukkan tanda-tanda kenaikan signifikan.

Kategori :