JAKARTA - Komoditas kopi merupakan penopang ekspor non migas utama Indonesia. Tapi sayangnya ekspor komoditas tersebut harus terhalang dengan non tariff barrier yang ditetapkan oleh negara-negara tujuan ekspor. Yang terbaru Jepang.
Direktur Eksekutif Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan Mardjoko mengatakan saat ini Jepang telah menetapkan syarat kandungan kopi yaitu karbaril. Karbaril merupakan salah satu jenis zat yang digunakan sebagai insektisida.
\"Jepang memberikan batas minimum kandungan karbaril pada kopi 0,01 miligram per kilogram. Sedangkan kopi Indonesia memiliki kandungan karbaril 0,1 persen,\" terangnya saat ditemui kemarin.
Menurut Mardjoko itu sangat berat sekali mengingat penggunaan insektisida jenis itu masih banyak digunakan oleh petani kopi. Untuk menurunkan kadarnya dibutuhkan teknologi dengan investasi yang cukup besar. Dan itu akan memberatkan pengusaha eksporter kopi.
Dia berpendapat, batasan yang diajukan oleh Jepang tersebut terlalu ketat. Padahal di Amerika dan Eropa masih menetapkan batasan minimum 0,1 miligram per kilogram.
Untuk itu, mengingat Indonesia memiliki hubungan kerja sama dengan Jepang pihaknya bakal melakukan negosiasi. \"Apalagi Jepang merupakan negara tujuan ekspor utama kopi Indonesia,\" ucapnya. Selain Jepang negara tujuan ekspor kopi terbesar yaitu Amerika dan Eropa.
Kendati mengalami hambatan, pihaknya masih optimistis dengan pertumbuhan ekspor kopi tahun ini. Diproyeksikan, pertumbuhannya bakal mencapai 10 persen. Berkaca pada lima tahun terakhir pertumbuhannya mencapai 10,5 persen per tahun.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua Asosiasi Eksporter Kopi Indonesia (AEKI) Irvan Anwar . Melihat pertumbuhan konsumsi kopi dunia ia yakin ekspor kopi bisa mencapai target itu. \"Tentunya itu harus dibarengi dengan produktivitas juga,\" terangnya.
Berdasar data AEKI, tahun lalu lahan kopi Indonesia mencapai 1,3 juta hektare dengan produksi 748 ribu ton. Dari nilai itu sekitar 520 ribu ton diekspor dan sisanya memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Untuk menggenjot kinerja ekspor pihaknya tengah menyiapkan program pengembangan lahan perkebunan kopi. Sejumlah perusahaan kopi di Lampung, Jawa Tengah, Aceh, dan Toraja telah berencana mengembangkan kebun kopi.
Pengembangan lahan tersebut bakal diiringi dengan peningkatan produktivitas. Sebab menurut Irvan, produktivitas kopi Indonesia masih rendah dibanding Brazil dan Vietnam. Rata-rata produktivitas Indonesia hanya 740 kg per hektare per tahun. Sedangkan, Vietnam mencapai 2,3 juta ton per hektare per tahun dan Brazil 2,5 juta ton per hektare per tahun.
\"Dengan pola tanam yang baik harapannya dapat menggenjot produktivitas kopi menjadi satu juta per hektare per tahun,\" ucapnya. (uma/tia)
Ekspor Kopi, Teh, dan Rempah-Rempah
Tahun Nilai Ekspor
2008 USD 1,452 miliar
2009 USD 1,253 miliar
2010 USD 1,428 miliar
2011 USD 1,676 miliar
2012 USD 2,087 miliar
Sumber: Kementerian Perdagangan