BENGKULUEKSPRESS.COM - Kausalya adalah seorang putri raja Banuputra dari negeri Ayodya, sangat cantik dan molek wajahnya, sehingga keayuannya mampu mengharumkan seluruh bumi Ayodya. Tetapi sayang ia terkena penyakit lumpuh. Para Brahmana sakti, Maha Resi, jampi-jampi tradisionil, bahkan tabib-tabib ulung dengan mantra-mantra saktinya telah dikerahkan untuk mengobatinya, namun tiada berhasil bahkan menjadi parah.
Semula ia masih mampu berjalan dengan kereta roda, tetapi sekarang jangankan duduk, bergerak saja tak mampu lagi. Kalau sekarang pasti dikatakan terkena guna-guna atau diserang tekanan darah tinggi. Semua sangkaan itu tidak benar, yang benar ia sakit karena dipersiapkan oleh Yang Maha Kuasa untuk menjadi seorang ibu yang sanggup menjadi wadah dari manusia calon raja besar yang adil wicaksana.
BACA JUGA:Raja Rahwono yang Perkasa
Berita tentang sakitnya Dewi Kusalya tidak dipercaya oleh para raja yang “gandrung kepayang” kepada Dewi Kausalya. Malahan dituduh, bahwa ia menolak pinangannya. Beberapa raja yang tidak sabaran dan “brangasan” malahan ada yang mempersiapkan wadya balanya untuk menggempur negeri Ayodya untuk merebut Dewi Kausalya secara paksa. Apalagi yang namanya Rahwana dari Negeri Alengka, memang dasar raja raksasa, bengis, sadis lagi kejam menganggap bahwa penolakan lamarannya dipakai sebagai alasan untuk menggempur Ayodya untuk merebut negeri dan kekayaannya.
Saking “judegnya”, maka Prabu Banuputra memutuskan untuk membuat suatu sayembara, yaitu barang siapa dapat menyembuhkan penyakit Dewi Kausalya itulah yang akan menjadi suami dan jodohnya. Apakah ia seorang raja, satria, resi, tabib, dukun maupun rakyat jelatatak menjadi soal.
Syahdan, seorang resi bernama Rawatmaja telah mendapat ilham dari Dewata Agung, bahwa ia-lah yang mendapat tugas untuk dapat menyembuhkan Dewi Kausalya. Suatu dilemma menimpanya. Mengapa? Karena resi Rawatmaja telah bersumpah, bahwa ia akan menajdi Brahmacarya atau wadat. Inilah yang dinamakan goda, manusia selalu mengalami dilemma, yakni antara cita-cita dan dharma. Maka ia lalu “hanggenturteki” memusatkan semadinya dan memohon kepada Dewa Agung suatu petunjuk dan bimbingan untuk memecahkan dilemma yang dialaminya. Beberapa waktu kemudian resi Rawatmaja mendapat petunjuk, bahwa ia hanya sebagai perantara belaka untuk kemudian menyerahkan kepada Dasarata suami dewi Kausalya yang sebenarnya.
BACA JUGA:Ini Dia Lima Wanita Cantik Istri Raden Arjuna
Cerita ringkasnya Resi Rawatmaja dengan anugerah Dewata Aung berhasil menyembuhkan penyakit Dewi Kausalya. Namun Resi Rwarmaja menolak tahta dan bertempat tinggal di istana. Maka Dewi Kausalya dibawanya ke pertapaannya. Di luar istana ia dihadang oleh Rahwana. Tetapi untunglah Dewi Kausalya sempat dibawa terbang oleh Garuda Sempati yang segera “take off” menghilang dalam mega melintasi gunung, lembah, sungai dan lautan. Karena Rahwana seorang raja yang mempunya armada-armada udara, laut dan spion-spion jagoan tak akan kehilangan jejak. Oleh karena itu demikian garuda Sempati mendarat dipertapaan. Tanpa ampun Rahwana menerjang dan merusak serta langsung mencari Rawatmaya dan Dewi Kausalya.
Melihat bahaya yang akan menimpanya, maka Resi Rawatmaja menghampiri Dewi Kausalya dan berpesan:
“Sang Dewi, aku memang bukan jodohmu. Aku harus meninggalkanmu. Janganlah sang dewi menanyakan tentang diriku, waktunya sudah tidak ada. Suamimu yang sebenarnya adalah bernama Dasarata, kini ia sedang berguru kepada brahmana Yogiswara di pertapaan Dandaka. Pergilah cepat sekarang juga.”
BACA JUGA:Raden Arjuna! dari Pandawa yang Terkenal Ketampanannya dan Punya Banyak Istri
Namun Dewi Kausalya tak berubah pendiriannya, karena ia adalah seorang wanita setia dan berpegang teguh kepada janjinya. Ia berpikir, karena Rawatmaja adalah suaminya yang syah dan yang berhasil menyembuhkan penyakit lumpuhnya. Belum sempat Kausalya menjawab dan melaksanakan perintah resi Rawatmaja, datanglah Rahwana menerkam leher Rawatmaja sambil mengumpat-umpat katanya:
“Hai Rawatmaja, engkau manusia yang tak tahu perikemanusiaan, kau resi Brahmacarya, wadat!! tetapi nekat hendak mempunyai istri. Bukankah itu berarti akan menyiksa Kausalya. Berikan ia kepadaku agar ia tahu apa artinya kenikmatan hidup, arti kekuasaan, arti kebahagiaan. Biarlah ia tinggal di Alengka, ia akan kuberi istana bertingkat tujuh yang berlantai marmer yang ditaburi oleh intan berlian sejagung-jagung besarnya, masing-masing tujuh kerat nilainya. Tidak seperti engkau resi pengung, wanita cantik hanya akan disekap di bawah gubuk reyot “trocoh” bocor semua atapnya”.
BACA JUGA:Kematian Jayadrata, Senjata Cakra Menutupi Matahari
Belum sampai habis bicaranya, pedang Rahwana telah memenggal kepala Rawatmaja yang kemudian jatuh terkapar ditanah, menyembur darahnya membasahi pakaian Dewi Kausalya.
Melihat peristiwa itu Garuda Sempati yang setia menyambar Rahwana sehingga jatuh terpelanting ke tanah. Sebelum melanjutkan serangannya kepada Rahwana Sempati mendesak Kausalya untuk segera meninggalkan padepokan lari ke Dandaka untuk mencari bakal suaminya Dasarata namanya.
Pendek kata Kausalya selamat dan dapat bertemu dengan Dasarata suami yang sebenarnya. Dasarata inilah yang nantinya sanggup naik tahta kerajaan Ayodya dan mempunya putra Sri Rama Wijaya, Wisnu yang mengejawantah di dunia. Demikianlah penderitaan dan “laku” seorang wanita calon ibu daripada manusia besar yang adil wicaksana. Dan ternyata bahwa jalan menuju kebahagiaan bukanlah bertaburan bunga harum dan jalan yang lurus, tetapi justru terjal, gawat dan penuh laku dan liku-liku penderitaan.(**)