“Staf sebanyak 50 orang. Staf dimaksud adalah tenaga yang sudah berpengalaman, pindahan dari unit kerja Unilever di luar Sumatera. Sementara untuk operatornya lebih kurang 550 orang, nantinya akan direkrut dari daerah sendiri.
Kalau ditanya kapan, dalam waktu dekatlah,” ujar Manager Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei Abdul Halim, seperti diberitakan Metro Siantar (Grup JPNN).
Halim menjelaskan, dalam proses perekrutan, pihak Unilever akan melibatkan Dinas Tenaga Kerja dan pihak PTPN III sebagai badan pengelola KEK Sei Mangkei.
Halim menyampaikan, pihaknya berupaya mengutamakan putra daerah agar mendapat kesempatan bekerja di Unilever. “Kalau ada masukan dari pemerintah setempat, tokoh masyarakat, kita akan fasilitasi agar diprioritaskan,” janji Halim.
Lanjut Halim, sesuai pemaparan pihak Unilever, akan dibangun pabrik oleochemical. Setelah terbangunnya pabrik, perseroan akan memulai proses produksi dengan bahan baku crude palm kernel oil (CPKO) yang nantinya diolah untuk menghasilkan beberapa varian produk seperti surfaktan, soap, noodels, dan fatty acid dengan kapasitas 200.000 ton per tahun.
Nantinya, 90 persen produk olahan kelapa sawit tersebut akan diekspor ke beberapa negara yang menjadi pangsa pasar Unilever.
“Ketersediaan infrastruktur, seperti pembangunan jalan tol Medan-Tebingtinggi-Rantauprapat, pembangunan jalur kereta api dari Sei Mangkei ke Kuala Tanjung dan yang lainnya, sebetulnya yang paling ditunggu-tunggu investor,” kata Abdul Halim, seperti diberitakan Metro Siantar.
Dia yakin, jika seluruh infrastruktur bisa diakses dengan mudah, KEK Sei Mangkei akan maju pesat.
Menurut Halim, saat ini, tinggal menunggu keseriusan pemerintah sendiri, mulai pemerintah pusat, propinsi dan pemerintah kabupaten/kota di Sumatera Utara.
“Kalau pihak PTPN III sendiri sudah merancang pembangunan jalur rel kereta api dari KEK Sei Mangkei ke Perlanaan. Kemudian pengalihan status tanah dari HGU jadi HPL terhadap lahan seluas 2002,7 ha,” katanya.
Ruslan Purba, mantan Anggota DPRD Simalungun, menimpali, bahwa pemerintah sendiri memang lamban. “Jangankan merealisasi pembangunan infrastruktur jalan, rel kereta api dan pelabuhan, untuk pembahasan status lahan saja berlarut-larut. Itu yang kita sayangkan. Birokrasi kita masih berbelit-belit,” kata Ruslan Purba.
Ditanya sampai saat ini, investor yang sudah menyampaikan ketertarikan ke Sei Mangkei, kata Halim mengatakan, ada investor dari Belanda. Perusahaan dari Belanda itu akan mendirikan pabrik pengolahan pakan ternak.
Rencananya pihak investor akan membeli lahan seluas 4 hektare. “Sementara grup korporasi dari Jerman, Volks Wagen, belum ada,” ungkap Halim.
Pada kesempatan itu, ia berharap seluruh kepala daerah, mulai Gubernurdan seluruh bupati/walikota di Sumatera Utara, untuk mendukung KEK Sei Mangkei.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Radjasa pernah mengatakan, akan membangun sarana transportasi kereta api menghubungkan Sei Mangkei dengan terminal peti kemas dan curah cair (minyak kelapa sawit mentah) di Kuala Tanjung.
Hatta menjelaskan, jalur kereta api yang menghubungkan KEK Sei Mangkei dengan Pelabuhan Kuala Tanjung akan dibangun sepanjang 24 kilometer.
“KEK tersebut tidak kami prioritaskan untuk mengangkut menuju Belawan. Kami akan mengembangkan Pelabuhan Kuala Tanjung. Kereta api ini harus juga jadi bagian yang kami bangun,” kata Hatta. (dro)
Awal April, Unilever Bangun Pabrik di KEK Sei Mangkei
Minggu 31-03-2013,09:10 WIB
Editor : Rajman Azhar
Kategori :