BACA JUGA:Pengelolaan Parkir Diambil Alih Pemkot Bengkulu, Pihak Ketiga Gigit Jari
Tidak hanya itu, inspirasi Teater Koma ini menjadi rujukan untuk dunia seni teater nasional yang mendorong penyebarluasan budaya dengan kreasi modern. Retno berharap, segala karya seni Teater Koma menjadi cakrawala insan seni teater lainnya.
"Semua alur cerita Roro Jonggrang karya Teater Koma menonjolkan kearifan lokal dan kekayaan budaya Indonesia. Lakon Roro Jonggrang garapan Tetaer Koma mampu terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, tanpa meninggalkan identitas budaya," pungkas Retno.
Di sisi lain, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung Nurmantias juga memberikan tanggapan dalam pertunjukan ini.
Kata Nurmantias, pandangan masyarakat diluar bahwa cagar budaya di Benteng Malborough Bengkulu adalah tempat yang penuh dengan mistis atau menakutkan.
Tetapi melalui kegiatan pertunjukan oleh Teater Koma dengan lakon Roro Jonggrang ini, juga akan memberikan inspirasi bahwa cagar budaya adalah ruang-ruang ekspresi budaya.
"Bagaimana kita bisa memanfaatkan ruang-ruang cagar budaya untuk bisa memberikan destinasi baru kepada masyarakat. Ini adalah sebuah terobosan baru yang harus kita ambil sudah tentu manfaatnya untuk bersama. Jadi yang perlu kita sampaikan kepada masyarakat dengan hadirnya Teater Koma di Bengkulu akan memberikan nafas kepada kita bahwa kebudayaan itu harus ada pengembangan dan pemanfaatan ,"tutup Nurmantias.
Diketahui, teater koma didirikan di Jakarta, 1 Maret 1977 . Hingga 2023, sudah memproduksi 228 pementasan, baik di televisi maupun di panggung-panggung teater lainnya dan pementasan di Bengkulu menjadi produksi yang ke 229. (Tri)