KAIRO – Aparat keamanan Mesir siaga kemarin (23/3) dengan mengerahkan kekuatan penuh. Petugas kepolisian bersenjata lengkap menjaga markas Ikhwanul Muslimin di Distrik Muqattam, sebelah tenggara Kota Kairo.
Penjagaan itu dilakukan sehari setelah kerusuhan kembali meletus di ibu kota Mesir tersebut pada Jumat lalu (22/3). Ribuan demonstran menyerbu markas Ikhwanul Muslimin (Al-Ikhwan).
Mereka lantas terlibat bentrok dengan polisi maupun anggota Al-Ikhwan yang juga pendukung Presiden Muhammad Mursi. Sedikitnya, 160 orang dari dua kubu dilaporkan terluka dalam bentrok tersebut.
Kerusuhan tidak hanya terjadi di luar kantor pusat salah satu organisasi terbesar dan paling berpengaruh di Arab itu. Anarkhisme massa meluas ke seantero Mesir. Demonstran antipemerintah juga menyerbu beberapa kantor Al-Ikhwan di negeri tersebut.
Aksi itu terjadi sebagai luapan kemarahan atas pemukulan yang dilakukan para aktivis dan anggota Al-Ikhwan.
Massa juga merusak bangunan milik Al-Ikhwan dan partai politik bentukannya, Partai Kebebasan dan Keadilan atau FJP (Hizb Al-Hurriya Wal-’Adala). Beberapa bus maupun kendaraan lain milik Al-Ikhwan turut dibakar.
Bentrok terjadi setelah demonstran sengaja mendatangi dan menyerbu markas Al-Ikhwa yang dijaga anggotanya maupun polisi seusai salat Jumat. Tembakan terdengar saat massa oposisi saling baku hantam dan serang dengan para anggota Al-Ikhwan di jalanan.
Polisi pun menembakkan gas air mata ke arah demonstran di luar bangunan markas Al-Ikhwan. Akibatnya, massa pun mulai mengamuk di sejumlah wilayah sekitar. Demonstran lantas menyandera dan memukuli tiga anggota Al-Ikhwan. Mereka juga merusak mobil ambulans yang mengevakuasi pendukung pemerintah ke rumah sakit dan menahannya.
Di Al-Manial, kawasan yang terletak di Pulau Rawdah, Sungai Nil, sekelompok pria merangsek dan menyerbu kantor Al-Ikhwan. Kemudian, mereka menyerang beberapa karyawati yang mengadakan acara Hari Ibu. ’’Mereka lalu disekap dalam toilet. Selanjutnya, para perusuh merusak kantor dan membuang ke jalan semua yang ada di dalam kantor,’’ terang jubir Al-Ikhwan Ahmad Arif.
Sepanjang hari kemarin penjagaan ketat polisi di markas Al-Ikhwan tak berkurang. Pertokoan di sekitar markas itu juga masih tutup. Puing-puing bekas kekerasan pun terlihat berserakan di mana-mana.
’’Kami sudah menyingkirkan empat bangkai bus dan tiga mobil yang dibakar massa,’’ ujar Nassir Abdullah, seorang petugas pembersihan.
Al-Ikhwan menyatakan bahwa sekitar 30 kantornya di seluruh Mesir diserang demonstran antipemerintah Jumat lalu. Presiden Muhammad Mursi, yang berkuasa sejak Juni tahun lalu, merupakan kader Al-Ikhwan.
Organisasi yang selama puluhan tahun dilarang pada era kekuasaan Hosni Mubarak itu memenangi pemilu parlemen tahun lalu. Tetapi, kritikus menuding bahwa Mursi maupun Al-Ikhwan meniru taktik Mubarak dengan memberangus oposisi untuk mendukung kekuasaannya.
Kemarahan massa pecah sepekan lalu setelah sejumlah kader Al-Ikhwan menghajar wartawan dan aktivis liberal saat berdemo di luar markas kelompok tersebut. Wartawan saat itu berada di lokasi untuk meliput pertemuan partai. Demonstran pun datang untuk menuntut Al-Ikhwan minta maaf. Namun, mereka menolak dengan menyatakan bahwa para kadernya justru diprovokasi sehingga membela diri.
Setelah berdemonstrasi di luar markas Al-Ikhwan Jumat lalu, ribuan aktivis menyerang. Bentrok pun terjadi dengan para pendukung Al-Ikhwan. Massa bersenjatakan senapan angin, batu, dan pisau.
Bentrok dua kubu pun berlangsung hingga malam hari. Korban berjatuhan. Di antara korban luka, terdapat Khaled Ali, mantan calon presiden (capres) dari kubu liberal. Dia terluka pada bagian bahunya.
Dalam tayangan televisi pemerintah, terlihat asap hitam tebal mengepul dari jalanan. Di lokasi itu sejumlah bus dan kendaraan dibakar demonstran.
Fatima Khalifa, 30, seorang demonstran, menyebut demo itu dilakukan untuk mengirimkan pesan kepada Al-Ikhwan dan pemerintahan Mursi bahwa mereka adalah penindas. ’’Mursi harus diadili karena membunuh demonstran, sama seperti Mubarak,’’ ujarnya.
Kementerian Dalam Negeri Mesir kemarin mendesak agar ’’kekuatan politik dan revolusi’’ tetap bersikap damai saat melakukan protes. Kemendagri menegaskan bahwa polisi akan terus berjaga di lokasi.
’’Kami mengirimkan petugas antihuru-hara untuk menjaga markas Al-Ikhwan dalam rangka melindungi properti milik pemerintah maupun pihak swasta,’’ tegas jubir kemendagri.
Mesir terus dilanda berbagai kekerasan dua tahun terakhir pasca-jatuhnya Mubarak. Sebagai presiden pertama yang dipilih lewat pemilu demokratis, Mursi juga menghadapi frustrasi rakyat yang terus membesar. Pasalnya, pemerintah dianggap memonopoli kekuasaan dan lamban mereformasi politik sesuai tuntutan revolusi. (AFP/AP/RTR/cak/dwi)
Mesir Rusuh Lagi, Demonstran Serbu Markas Al-Ikhwan, Bentrok, 160 Luka
Minggu 24-03-2013,08:15 WIB
Editor : Rajman Azhar
Kategori :