Kemudian Ustadz Adi Hidayat juga menjelaskan ada yang sangat menarik orang-orang yang konsisten menunaikan ibadah ramadannya lalu dia menyempurnakan ibadah Ramadan itu dengan bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dengan meningkatkan ibadahnya jadi syukur ketika diberikan kemampuan untuk meningkat ibadah saat ramadhan adalah berupaya menjaga ritme ibadah itu sehingga tetap berjalan baik pasca ramadhan, walaupun mungkin tidak seoptimal Ramadhan karena keadaannya tentu tidak sama tapi kita bisa bandingkan dengan yang sebelum ramadhan.
Salah satu komitmen untuk meningkatkan ibadah pasca ramadhan tersebut yaitu diawali dengan puasa apa sunnah di bulan Syawal.
Jadi menurut Ustadz Adi Hidayat poinnya adalah ketika kita mampu mensyukuri nikmat menunaikan ibadah Ramadhan dan mampu mengaktualisasikan semua nikmat itu dengan meneruskan secara konsisten ibadah-ibadah kita dalam rangka syukur kepada Allah itu yang diapresiasi tinggi oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
Sehingga nilai puasa kita bukan terbatas di Ramadhan tapi seakan-akan setiap waktu terjaga sampai ketemu Ramadan kembali itu esensinya jadi bukan sekedar tambah 6 dihitung apalagi kalau menggunakan satu pendekatan yang tidak keren, karena ada perbedaan ada yang puasa 29 hari dan ada yang 30 hari, maka saling memperbincangkan ini yang sempurna yang tidak dan itu bukan esensinya
Esensinya menurut Ustadz Adi Hidayat bagaimana kita bisa menjaga spirit ramadhan kita sehingga berlangsung secara kontinu sampai dengan akhir di bulan Ramadan itu terus berlanjut 11 bulan berikutnya sehingga terjaga kondisi spiritualitas kita seakan-akan kita dalam kondisi puasa selama setahun.
Jadi menurut Ustadz Adi Hidayat poinnya adalah memahami makna secara kontekstual ada yang tekstual.
Bila keduanya dipadukan maka secara tekstual pahalanya seakan-akan didapati selama setahun secara kontekstual dia terjaga selama setahun dengan spirit puasanya dia meningkat ibadah dia menghindari dosa sampai dia bertemu ramadhan berikutnya.(**)