BENGKULUEKSPRESS.COM - Saat ini memiliki handphone/ hp adalah hal yang sangat lumrah. Bahkan rata-rata kepemilikan HP berjenis android dan Ios yang memiliki kelengkapan kamera.
Bahkan ada beberapa jenis hp yang khusus dilengkapi dengan teknologi kamera canggih hanya agar pemiliknya bisa mengambil gambar bagus setara kualitas kamera profesional.
Maka sering kita lihat banyak orang yang menggunakan kamera hp untuk mengambi gambar bahkan untuk sekedar selfie atau memfoto diri sendiri.
Lantas apakah kita terobsesi untuk melakukan selfie? Bila iya, ada kemungkinan kita menderita ‘selfitis’, yakni kondisi mental alami yang membuat seseorang selalu terdorong untuk melakukan swafoto dan membagikannya di media sosial.
- BACA JUGA:Ditinggal Mudik Lebaran? Amalkan Doa Ini, Agar Rumahmu Tidak Kemalingan!
- BACA JUGA:Pernah Dengar Mitos Keuangan yang Ada di Masyarakat? Ini Dia Daftarnya!
Istilah "selfitis" sebenarnya sudah ada sejak tahun 2014 untuk menggambarkan obsesi terhadap selfie, walau belum secara resmi dimasukkan dalam daftar gangguan mental. “Meskipun kisah tersebut ternyata hoaks, namun bukan berartif kondisi selfitis tidak ada,” kata Dr. Mark Griffiths, seorang profesor kecanduan perilaku di Nottingham Trent University yang melakukan studi ini.
Griffiths dan tim dari Thiagarajar School of Management meneliti istilah tersebut dan menemukan enam faktor pendorong. Para ahli bahkan telah mengembangkan Skala Perilaku Selfitis (Selfitis Behavior Scale) untuk menilai seberapa buruk kadar selfitis seseorang.
Mereka yang menderita selfitis pada umumnya berusaha untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka, mencari perhatian, memperbaiki mood, membuat kenangan, menyesuaikan diri dengan kelompok sosial mereka dan menjadi kompetitif secara sosial.
Orang yang memiliki perilaku selfitis biasanya kurang percaya diri dan berusaha 'menyesuaikan diri' dengan orang-orang di sekitar mereka, serta mungkin menunjukkan gejala yang serupa dengan perilaku kecanduan lainnya.
Skala dari satu sampai 100, didasarkan pada focus group 200 orang dari India. Mengapa dilakukan di negara ini, alasannya karena India memiliki jumlah pengguna Facebook serta angka kematian tertinggi karena mencoba selfie di lokasi berbahaya. Saat ini telah dikembangkan Skala Perilaku Selfitis pertama di dunia untuk menilai kondisi tersebut.
Rangkaian Tes
Apakah anda penasaran, termasuk penderita selfitis? Cobalah cara berikut ini. Jawablah 10 pertanyaan berikut pada skala satu sampai lima, di mana lima sangat setuju dan satu sangat tidak setuju. Kemudian tambahkan semua nilai tersebut.
Semakin tinggi skor anda (tertinggi adalah 200) semakin besar kemungkinan anda menderita selfitis.
1. Berfoto selfie memberi saya perasaan yang baik untuk lebih menikmati lingkungan saya.
2. Membagikan hasil selfie menciptakan persaingan yang sehat dengan teman dan kolega saya.
3. Saya mendapat perhatian besar dengan berbagi hasil selfie saya di media sosial.