Perubahan mendasar kurikulum 2013 terletak pada metodologinya. Siswa lebih banyak terlibat dalam proses pembelajaran yang menumbuhkan kreativitas. Karena itu, sistem penilaian berbasis proses akan diperkuat.
“Esensinya kita akan memperkuat penilaian berbasis proses dan kita tidak akan mempertentangkan penilaian berbasis output,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh di sela-sela acara pertunjukan wayang kulit bertajuk “Pagelaran Anak Negeri” di komplek taman wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Mendikbud menjelaskan, sistem penilaian yang digunakan selama ini ada dua yaitu berbasis proses melalui rapor dan berbasis output melalui Ujian Nasional (UN). Tema besarnya, kata Mendikbud, adalah bagaimana memperkuat kedua basis penilaian itu. “Dua-duanya penting. Oleh karena itu, terbuka untuk kita akan meninjau dan mengevaluasi sistem penilaian yang sekarang digunakan,” katanya.
Mendikbud menambahkan, pada tahun pelajaran 2012/2013 ini masih akan diselenggarakan UN. “Jadi tetap (ada UN) tahun ini untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK,” katanya.
Hadir pada acara Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Ketua Majelis Pertimbangan Pusat Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan (Wamendikbud) Wiendu Nuryanti, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, dan anggota Komisi X DPR dari Fraksi PAN Eko Hendro Purnomo, yang bertindak sebagai pemandu acara.
Pagelaran wayang dengan dalang Ki Manteb Soedharsono itu menampilkan lakon \'Ismoyo Maneges\'. Ismoyo adalah perwujudan Semar, sedangkan maneges berarti minta petunjuk. Kisah ini berisi tentang kegelisahan Semar atas kondisi dunia. Dia kemudian semedi untuk meminta petunjuk dari Yang Maha Kuasa dan akhirnya bisa mengatasi beragam masalah.
Pada kesempatan tersebut, Mendikbud sempat menghampiri komunitas Budha dunia, yang sedang mengadakan ritual fire puja. Ritual ini sudah ada sejak 20 tahun lalu dan diadakan setahun sekali dengan waktu satu bulan penuh.(SAW).(kemendiknas.go.id)