Pada saat menatap awan yang melingkar-lingkar di langit,mereka melihat pemandangan yg mengagumkan dan mampu mengarang cerita khayal. Sayangnya ,dunia imajinatif yang kaya ini mulai memudar pada saat anak-anak masuk sekolah.Ini disebabkan adanya tuntutan cara berpikir yg tdk menggunakan imajinasi.
Boleh dikatakan,penggunaan imajinasi disekolah hanya sedikit.Guru tdk mendukung jawaban yang berdasarkan fantasi. Kalau ingin mengembangkan imajinasi anak sebaiknya dia dilatih pelajaran seni dan menulis kreatif.Mata pelajaran ini cenderung dihilangkan atau mendapat porsi yg minim dari sekolah.
Penyebab berbagai kasus seperti kesulitan membaca(Learning disability)atau’disleksia’ banyak diakibatkan karena terhentinya proses transisi dari lmage ke simbol yg seharusnya terjadi secara alami.Anak-anak yang memiliki kecerdasan spasial,yang berbakat pengalaman imajinatif,pada saat masuk sekolah menjadi merasa terasing,karena tdk biasa dgn berbagai simbol dan sandi tak bermakna.
Karena tdk ada yg memanfaatkan imajinasi anak,maka potensi ini akan padam. Sang anak yang yg berpotensi sebagai visioner kreatif berubah menjadi pelamun.
Bagaimana cara untuk menjembatani jurang antara image dan simbol demi menyuburkan imajinasi anak?
Untuk memperkenalkan ‘kata dan huruf’ gunakan gambar dan image.Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar murid kelas satu melihat abjad dengan bagian belakang sisi kanan otak yaitu tempat diprosesnya kecerdasan spasial seseorang.Mereka melihat angka sebagai gambar.Huruf “A” merupakan sepasang garis miring dengan satu garis horisontal di tengah atau gambar puncak gunung.
Namun dikelas berikutnya anak-anak mulai menggeser persepsi mereka terhadap huruf kebagian auditory-linguistik otak sebelah kiri dan belajar melihat huruf”A” sebagai sebuah simbol abstrak yg diasosiasikan dengan kelompok ‘bunyi’.Beberapa anak tdk melakukan pergeseran ini.
Karena melihat huruf sebagai gambar atau simbol spasial.Mereka tdk begitu menghiraukan masalah arah.Karena gambar seekor kuda tetap merupakan gambar se- ekor kuda kemanapun hidung kuda ini menghadap-entah disisi kanan atau kiri.Meskipun dijungkir balikkan,gambar kuda itu takkan berubah.
Dari sudut pandang anak dengan bakat spasial yang tinggi,semakin banyak perspektif yg berlainan yang bisa diperolehnya. Pengetahuannya semakin kaya dg subjek itu.Pikiran” Tiga dimensi” ini merupakan aset ketika anak sedang merancang bangunan,memperbaik i mesin,atau bekerja sebagai ahli pahat.
Meskipun demikian,ketika seorang anak yg kecerdasan spasialnya tinggi bertemu dgn simbol2 linguistik di ruang kelas,maka kecerdasannya yang mengagumkan akan terbentur masalah serius.
Sebagai contoh:Jika ia melihat huruf’b’ kecil dan ingin memutarnya dalam pikirannya,huruf itu berubah menjadi’d’ atau bahkan ‘p’ atau ‘q’.Hal ini bisa sangat membingungkan.
Orangtua dan guru melihat si anak membalik huruf dalam pelajaran membaca dan menulis,bukannya memberikan perhatian pada kecerdasan spasialnya yang tinggi.Mereka malah kuatir akan kemampuan si anak dan membebani anak lagi utk ikut test kemampuan.
Anak demikian sering diberikan label”menderita disleksia” atau LD(Learning Disabled). Semua orang melihat pada apa yang “salah” dengan anak aini dan bukannya mensyukuri bakat spasialnya yang mengagumkan.
Untuk memperkenalkan huruf S ,ceritakan sebuah kisah ttg ular.Biarkan mereka membuat gambar ular.
Tunjukkan bhw bunyi yg dikeluarkan sssss adalah bunyi S juga.Untuk memperkenalkan ke 25 huruf,anda dapat menggunakan gambar.Untuk memulainya lihatlah buku “Alphabatics oleh Suse MacDonald.
Umpamanya..gambarla h kata hujan dengan butiran menetes,atau kata matahari dengan sinar kuning disekelilingnya. Tulislah kata pendek dalam bentuk pipih dan gemuk dgn huruf2 yg sangat tebal.Teknik ini digunakan kepada anak2 yang kesulitan membaca.Semoga berguna.(net)