BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Jengkol dan petai bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di Provinsi Bengkulu. Hal ini mengingat produksi jengkol dan petai masing-masing mencapai 3.602,6 ton dan 1.703,8 ton pada 2018 lalu. Tingginya produksi komoditi tanaman sayuran tahunan ini diyakini bisa meningkatkan perekonomian karena permintaan dari luar negeri juga cukup tinggi.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Ir Ricky Gunarwan mengatakan, beberapa negara-negara di Uni Eropa senang dengan jengkol dan petai. Hal inilah yang membuat beberapa provinsi di Indonesia seperti Banten sudah menjadikan dua komoditas ini unggulan di daerahnya.
\"Ragam produk semakin banyak seperti komoditas jengkol dan petai di Banten sudah diekspor hingga ke negara-negara di Uni Eropa sana,\" kata Ricky, kemarin (9/1).
Oleh karena itu, ia berharap Bengkulu juga bisa menjadikan jengkol dan petai sebagai komoditas unggulan. Ini dilakukan karena produksi kedua komoditas ini cukup tinggi. Sehingga diharapkan bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi.\"Produksi jengkol dan petai kita tinggi, jadi tidak ada salahnya kita mencoba seperti Banten,\" tuturnya.
Apalagi harga untuk satu kilogram jengkol dan petai berkisar Rp 55 ribu di pasar ekspor. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan berjualan kopi. Karena hingga saat ini harga kopi masih bertahan sebesar Rp 21 ribu.\"Kita tidak melarang orang berjualan kopi, tapi kita ingin komoditas lainnya juga ikut dimanfaatkan dan dijual ke luar negeri,\" harapnya.
Ia menambahkan, jika dalam setahun produksi jengkol dan petai mencapai 5.306,4 ton, maka dalam setahun dapat memperoleh keuntungan mencapai kurang lebih Rp 291 miliar. Jumlah yang cukup besar dan menguntungkan bagi para petani jengkol dan petai di Provinsi Bengkulu.\"Produksi jengkol dan petai kita besar, jelas keuntungannya juga besar, itu bisa mensejahterahkan petani kita,\" tutupnya.
Sementara itu, Pakar Ekonomi Universitas Bengkulu, Prof Dr Kamaludin MM mengatakan, seluruh komoditas di Bengkulu memiliki potensi yang besar untuk menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Hanya saja, pemerintah tidak peka dalam menangkap peluang.
Ia mencontohkan, komoditas buah durian di Bengkulu dalam setahun produksinya mencapai 15.057,3 ton. Jumlah tersebut tidaklah sedikit, jika setiap 1 kilogramnya dijual dengan harga Rp 20 ribu, maka keuntungan yang diperoleh mencapai Rp 301 miliar.\"Itu baru dari durian saja, belum komoditas buahan yang lain,\" tutupnya.(999)