Rawan Gangguan Jiwa Hingga Rusak Saraf
BENGKULU, bengkuluekspress.com - Di era teknologi sekarang ini, Gadget atau handphone (hp) ibarat pisau bermata dua, ada sisi yang bisa bermanfaat, tetapi juga bisa membahayakan kehidupan anak-anak. Sekarang ini, anak-anak yang sudah kecanduan gadget bisa mencapai 70 persen. Hal tersebut sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak nantinya. Direktur Pusat Pendidikan untuk Perempuan dan Anak (PUPA) Bengkulu, Susi Handayani, mengatakan, sekarang ini gadget menjadi alat untuk berkomunikasi dan sebagai sumber informasi yang dilengkapi berbagai fitur juga menjadi pintu masuk bagi anak-anak untuk mengakses media sosial, game, dan fitur lainnya.
Namun secara penggunaanya belum sesuai untuk usianya. Bahkan, dengan penggunaan gadget yang terus-menerus tanpa mengenal waktu, bisa berpotensi mengganggu tumbuh kembang anak serta membuat anak kecanduan atau adiksi gadget itu sendiri nantinya.
\"Di zaman sekarang ini, anak-anak usia dibawah satu tahun sudah banyak yang dikenalkan dengan gadget tersebut,\" ucap Susi Handayani, kemarin (17/12).
Ia menjelaskan, fenomena anak-anak yang kecanduan gadget ini setidaknya semakin terlihat dalam lima tahun terakhir. Meskipun belum ada angka pasti berapa persentase dan jumlah anak yang mengalami gejala kecanduan atau kecanduan gadget, tetapi dari sejumlah kasus yang terungkap di publik, hasil kajian. Survei dan penelitian menunjukkan fenomena kecanduan gadget pada anak saat ini berada pada situasi mengkhawatirkan.
Tak hanya menjadi korban, anak-anak juga terlibat dalam sejumlah kasus yang masuk kategori tindak pidana. \"Anak kecanduan gadget menjadi tantangan serius. Hanya saja, tidak semua orang tua mengetahui bahwa anaknya terindikasi kecanduan gadget, terkadang justru orang tua tersebutlah yang pertama kali mengenalkan gadget itu kepada anakanya meskipun usianya masih kecil,\" tuturnya.
Ia mengatakan, sekarang ini kebanyakan dari orang tua yang menganggap anak bermain gadget hal yang biasa, dan bisa membuat anak tersebut tidak rewel atau bisa dilepas untuk bermain sendiri. \"Jika anak menangis, sekarang ini para orang tua dengan mudahnya memberikan hp miliknya sebagai cara untuk membujuk anaknya itu,\" katanya. Begitu juga, ketika orang tuanya sibuk mengerjain suatu pekerjaan, agar tidak digangu oleh anaknya, sang orang tua pun memberikan hp tersebut. \"Inilah faktor yang paling utama membuat anak kecanduan gadget tersebut,\" bebernya.
Ia mengatakan, banyak dampak negatif dari penggunaan gadget yang berlebihan atau selama seharian yakni bisa menimbulkan gangguan jiwa, bisa merusak mata, merusak saraf otak, bisa membuat kerusakan pada bagian tulang belakang akibat seringnya menunduk dan bisa mengakibatkan jari-jari anak tersebut kaku dan mengeras akibat radiasi dari layar gadget atau hp tersebut. \"Ini berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa pihak, oleh sebab itulah, kita berharap para orang tua lebih bijak terutama dalam penggunaan hp tersebut,\" jelasnya.
Ia menyebutkan, banyak cara yang bisa dilakukan para orang tua ketika menghadapi anaknya yang sering menangis ataupun menggangu kesibukkanya dalam melakukan pekerjaan, yakni memberikan permainan tradisonal atau membawa anak tersebut bermain di taman atau lokasi diluar rumah. \"Melalui cara ini juga justru bisa menumbuhkan sifat sosial bagi anak tersebut, dibandingkan diberi gadget yang justru bisa menggangu psikologis atau tumbuh kembang anak dibawah usia 17 tahun,\" ucapnya.
Susi pun mengingatkan kepada seluruh orang tua yang memiliki anak dari usia 3 sampai 17 tahun untuk serius memperhatikan berbagai dampak dari kecanduan gadget atau hp. Yang paling parah jika anak-anak sampai kecanduan pornografi karena ini akan membutuhkan trauma healing seumur hidup. \"Waspadai bahaya kecanduan gadget setelah mencuat berbagai kasus anak-anak yang kecanduan gadget,\" katanya.
Bahkan, sejumlah anak yang kecanduan gadget harus dibawa ke psikolog, psikiater, dan tempat rehabilitasi khusus karena pikiran dan jiwa anak sudah terganggu. \"Di sinilah peran penting dari orang tua dan jangan menganggap ini adalah hal yang sepeleh, justru ini yang menjadi perhatian kita semua,\" tutupnya. (529)