485 Kasus Diare, 2 Meninggal

Rabu 13-11-2019,14:58 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

LEBONG, Bengkulu Ekspress – Kasus penderita diare di Kabupaten Lebong meningkat. Hal ini terbukti jumlah penderita diare Oktober 2019 mencapai 485 kasus dan 2 pasien diantaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut sangat berbanding terbalik dari kasus September yang hanya 49 kasus. Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Lebong Rachman SKM MSi, membenarkan pada Oktober 2019, kasus diare di Kabupaten Lebong sangat drastis peningkatannya.

“Teman-teman kita dari Puskesmas langsung turun ke lapangan mengecek langsung ke rumah warga penyebab meningkatnya kasus diare,” jelas Rachman kepada BE kemarin (12/11).

Data terhimpun, jumlah penderita diare sendiri tersebar di 13 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang berada di 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten Lebong. Adapun masyarakat yang terkena diare paling banyak terjadi di wilayah Puskesmas kota Baru dengan jumlah pasien 162 kasus. Bulan sebelumnya September kasus diare tidak terjadi di wilayah Puskesmas Kota Baru.

Selanjutnya, di Puskesmas Suka Datang dengan jumlah 113 kasus, disusul Puskesmas Tes dengan jumlah 100 kasus, Puskesmas Muara Aman 78 kasus, Puskesmas Sukaraja dan taba Atas masing-masing sebanyak 37 dan 34 kasus. Kemudian, Puskesmas Semelako dengan 17 kasus, Puskesmas Ketenong sebanyak 6 kasus, Puskesmas Kota Donok dan Talang Leak masing-masing 4 kasus. Sementara untuk Puskesmas Rimbo Pengadang, Tapus dan Puskesmas Limaupit, pada bulan Oktober 2019 ini tidak ada masyarakat yang mengalami diare.

Sementara untuk pasien yang meninggal dunia warga Lebong Donok yang pasiennya seorang anak dan meninggal dunia ketika di Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Lebong, serta warga desa Taba Atas yang meninggal dunia di Puskesmas Muara Aman. Dari hasil pengecekan di lapangan, diduga penyebab banyaknya masyarakat yang terserang diare akibat lalat yang sangat banyak di kawasan rumah warga. Kemungkinan lalat yang membawa bibit penyakit mencemari makanan warga. “Selain itu akibat perubahan cuaca, kondisi lingkungan yang tidak bersih, penurunan daya tahan tubuh serta juga bisa disebabkan air yang dikonsumsi tercemar bakteri E.Coli,” sampainya.

Sementara itu, peningkatan drastis kasus diare sendiri belum dijadikan sebagai Kasus Luar Biasa (KLB). Hal tersebut dikarenakan kejadian bukan terjadi dalam satu waktu, namun jumlah tersebut terjadi selama 1 bulan. “Kita tidak membuat statusnya menjadi KLB, apalagi setelah mengetahui banyak kasus diare, tim langsung turun ke lapangan,” ucapnya. Selain itu, tim survei yang ada di Puskesmas selalu melaporkan kasus diare melalui aplikasi yang telah dibuat. Dimana didalam aplikasi tersebut nantinya akan langsung keluar warning atau peringatan KLB, jika dari laporan per minggunya mengalami peninkatan yang signifikan. “Jika KLB maka akan langsung keluar peringatan di dalam aplikasi,” sampainya.

Beruntung, untuk kasus diare saat ini sudah bisa diantisipasi. Untuk itulah dirinya menghimbau kepada masyarakat Lebong untuk bisa selalu menjaga kebersihan diri, makanan, minuman serta lingkungan. Selain itu jika terserang diare, warga secepatnya mendatangi fasilitas kesehatan (Faskes) untuk emndapatkan pertolongan. \"Untuk obat akan selalu kita sediakan, jika di 1 puskesmas habis, maka kita akan kembali memasoknya,” tutur, Rachman.(614)

Tags :
Kategori :

Terkait