Fieldschool Rumah Peradaban “Arkeologi dan Pendidikan”

Selasa 29-10-2019,15:31 WIB
Reporter : redaksi2
Editor : redaksi2

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Balai Arkeologi Sumatera Selatan mengadakan Fieldschool rumah peradaban dengan tema \"Arkeologi dan pendidikan\" dengan sasaran pendidikan anak usia dini (Paud). Bengkulu menjadi pioner dilaksanakanya kegiatan tersebut. Kegiatan digelar 28 Oktober hingga 1 November 2019 di Benteng Marlborough, Bengkulu. Kegiatan tersebut dibuka Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bengkulu, Minarni S.Pd dengan melibatkan guru dan puluhan siswa anak usia dini.Peneliti Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Sigit Eko Prsetyo menuturkan Rumah Peradaban merupakan media fasilitasi penelitian dan pengembangan arkeologi untuk lebih mendekatkan arkeologi dengan masyarakat. 

Program tersebut sebelumnya sudah pernah dikenalkan pada generasi muda dengan menyasar mahasiswa dan pelajar. \"Khusus pendidikan anak usia dini, ini kali pertama dilaksanakan dan Bengkulu menjadi pionernya, \" ungkapnya.Alasan Balai Arkeologi Suamtera Selatan menyasar anak-anak usia balita selain mengenalkan sejarah kebudayaan, pengenalan lebih dini ini akan mudah diingat pada anak-anak. Pengenalan arkeologi pada pendidikan anak usia dini sebagai terobosan baru yang dilakukan untuk menjawab peran serta Arkeologi dalam kontribusinya bagi dunia pendidikan dan kebudayaan melalui pemasyarakatan dalam pembangunan karakter bangsa.

\"Kendala kita (tim arkeolog) tidak bisa langsung memperkenalkan cagar budaya pada anak usia dini secara langsung, maka kita menggunakan media/simulasi berupa games yang meyenangkan bagi anak-anak, dan melibatkan para tenaga pendidik \" katanya.Dalam simulasi akan dilaksanakan hari ini, masing-masing guru akan membawa lima siswanya. Para anak-anak akan melakukan penggalian layaknya seoarang arkeolog, hanya saja penggalian disini menggunakan media berupa pasir dan perangkat serba plastik, dikemas dalam sebuah game dalam menemukan suatu benda. Masih dikatakan Sigit, program ini rencananya akan menjadi agenda tahunan pada kawasan-kawasan yang memiliki cagar budaya.

Ia meyakini program ini memiliki daya tarik sendiri dan banyak disenangi anak-anak. \"Simulasi seorang arkelogi yang dikemas dalam bentuk games edukasi memudahkan kita untuk mengenalkan cagar budaya pada usia dini, \" tandasnya.Sementara itu Kepala Bidang Paudni dan Dikmas Dinas Dikbud Kota Bengkulu, Minarni S.Pd mengapresiasi diselenggarakanya program rumah peradan di kota Bengkulu, terlebih pengenalan profesi Arkeologi masih sangat minim.

\"Dengan adanya program ini maka guru dan anak akan diajarkan apa itu arkeologi, \" jelasnya.

Menurut Minarni, pengenalan cinta sejarah perlu disampaikan sejak dini, pengenalan ini sangat apik dan diusianya yang emas itu akan memiliki daya ingat yang tinggi sehingga saat dewasa mereka akan terhindar dari tindakan penjarahan dan pengrusakan aset cagar budaya. \"Jika kita tanamkan budaya sejak dini maka ketika ia dewasa maka akan terus tertanam rasa cinta akan budaya dan anak-anak bisa bercita-cita menjadi seorang arkeolog, \" tutupnya. (247)

Tags :
Kategori :

Terkait