\"Ini dampak dari kebarakan hutan dan lahan yang mulai menyebar luas dari Sumatera Selatan yang tidak berjauhan dari Provinsi Bengkulu,\" kata Prakirawan BMKG Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu, Rahyu Lemiansari, kemarin (15/10).
Ia menjelaskan, berdasarkan citra satelite himawari yang terjadi pada pukul 13.00 WIB, telah terdeteksi asap di wilayah Provinsi Bengkulu seperti di wilayah Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah.\"Memang dari pantauan setelite ini belum terlalu parah dampak asapnya bagi Provinsi Bengkulu, tetapi jika karhutla di Palembang semakin meluas maka dampaknya juga semakin terasa di Bengkulu,\" tuturnya.
Ia mengatakan, kabut asap bisa sampai di Bengkulu akibat terbawa angin dari tenggara ke barat laut yang menyebabkan Bengkulu terkena imbasnya.\"Kabut asap ini juga akan mempengaruhi aktifitas masyarakat, namun untuk aktifitas penerbangan tetap berjalan dengan normal sejauh ini dan belum ada kendala yang berarti, tetapi jika kahutla di Sumsel semakin meluas, tidak menutup kemungkinan kabut asap di Provinsi Bengkulu bisa semakin pekat dan menggangu penerbangan,\" bebernya.
Untuk diketahui, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah Sumatera Selatan terjadi selama bulan Juli 2019 telah menghanguskan 60 hektare lahan. Kebakaran hutan yang paling parah terjadi di Kabupaten Ogan Ilir dengan lahan yang terbakar mencapai 72,15 hektare.
Disusul 57,7 hektare di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), 6 hektare di Kabupaten Banyuasin, serta 0,5 hektare di Kota Lubuklinggau. Lahan yang terbakar kebanyakan lahan mineral, ada juga yang lahan gambut. Dari kebakaran tersebut, kabut asap mulai menyelimuti Provinsi Bengkulu meskipun masih dalam kategori tipis. (529)