BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bengkulu, memprediksi musim hujan di Provinsi Bengkulu, dimulai pada pertengahan Oktober 2019. Perkiraan cuaca ini berdasarkan prakiraan dinamika atmosfer. Karenanya, selama musim kemarau masih berlangsung sekitar 1 bulan ini masyarakat diharapkan dapat menghemat air hingga hujan turun.
Kepala BMKG Provinsi Bengkulu Kukuh Ribudianto MSi mengatakan, prediksi tersebut bisa saja lebih cepat jika terjadi dinamika atmosfer yang mempengaruhi arah angin.
\"Potensi awan di Bengkulu masih relatif kecil atau tipis, jadi belum ada indikasi hujan,\" ujar Kukuh kepada BE kemarin (22/9).
Menurutnya, dinamika atmosfer di Bengkulu saat ini masih terpantau normal musim kemarau dengan indikasi tidak adanya El Nino dan La Nina. Kemudian, interaksi angin Indonesia dan Afrika juga masih terpantau normal. Indikasi tersebut didukung dengan adanya perubahan dinamika atmosfer yang signifikan, yakni suhu muka laut di Indonesia cenderung dingin. Hal ini menyebabkan uap air intensitasnya kecil dengan potensi angin masih cukup kencang di atmoser, sehingga pumpunan awan tidak terjadi dan membuat potensi hujan kecil.
Selain itu, arah angin masih dominan dari arah tenggara Australia yang saat melewati garis khatulistiwa akan berbelok ke tekanan rendah di atmosfer Filiphina dan Jepang, akibatnya uap air dari Bengkulu tertumpuk di sekitar Filipina dan Jepang.
Namun saat ini matahari sudah bergerak mendekati garis khatulistiwa, jika matahari berada tepat di garis tersebut, maka terjadi musim pancaroba. Lalu, bila matahari sudah melewati garis khatulistiwa menuju selatan belahan bumi maka pergerakan uap air akan berubah dari Filipina ke Bengkulu. \"Prediksi kami pertengahan Oktober awal musim hujan, tapi kami masih perhatikan dinamika atmosfernya, mudah-mudahan hujan turun tidak terlalu lama lagi di Bengkulu,\" tambah Kukuh.
Turunnya hujan memang saat ini sangat diharapkan masyarakat agar dapat memadamkan kebakaran hutan dan lahan yang sudah memaparkan asap tiga pekan terakhir, sehingga kualitas udara fluktuatif tidak sehat. \"Turunnya hujan ini sangat diharapkan seluruh masyarakat di Bengkulu karena sudah hampir dua bulan lebih hujan belum turun,\" tutupnya.
Ispa Mengancam
Musim kemarau yang telah berlangsung lama hingga saat ini, mengancam penyakit Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) pada warga di wilayah Provinsi Bengkulu. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu, paling banyak masyarakat terkena ISPA ada di wilayah Rejang Lebong, Mukomuko dan wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan.
Kepala Dinkes Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni SKM MKes MSi mengatakan, saat ini pihaknya telah mensiagakan layanan kesehatan kepada masyarakat. \"Paling banyak dilaporkan ada ditiga wialyang, Rejang Lebong, Mukomuko dan wilayah Selatan,\" terang Herwan kepada BE, kemarin (22/9).
Dijelaskannya, secara total warga yang terserang ISPA memang belum terdata jumlahnya. Hanya saja, laporan sudah paling banyak masuk di tiga wilayah tersebut. Saat ini pihaknya masih melakukan rekapitulasi data warga yang terkena ISPA. \"Total belum dapat, masih kita kumpulkan,\" tuturnya.
Dari penyakit ISPA itu, menurut Herwan, rata-rata masyarakat banyak terkena penyakit batuk dan pilek. Penanganan di setiap puskesmas dan Rumah Sakit terus disiagakan. Agar pertolong kesehatan bisa dilakukan secara cepat. \"Rumah sakit kita ada 23 unit dan 198 puskesmas sudah kita siagakan,\" tambah Herwan.
Meski sudah banyak masyarakat yang terkena ISPA, namun kejadian itu belum masuk dalam kejadian luar biasa (KLB). Herwan meminta tenaga kesehatan baik di rumah sakit maupun di puskesmas untuk tetap siaga. Agar ISPA itu tidak banyak menular kepada warga lainnya. \"Belum KLB, tetap kita pantau,\" tegasnya.
Untuk pemberian masker kepada masyarakat, Heran mengatakan, belum ada upaya tersebut. Namun jika memang dibutuhkan, pihaknya sudah menyediakan di setiap layanan kesehatan. Agar nantinya bisa diberikan gratis kepada masyarakat yang membutuhkan. \"Kalau memang sangat dibutukan, bisa kita bagikan,\" ujarnya.
Agar penyakit ISPA itu tidak meluas. Herwan mengatakan, ada beberapa hal yang harus dilakukan masyarakat. Mulai dari mengurangi aktifitas diluar rumah, perbanyak minum air putih hingga penggunaan masker dan memakan makanan yang sehat dan bergizi. \"Cuaca panas dan berkabut ini harus tetap diantisipasi. Perhatikan kesehatan masing-masing, jangan banyak aktifitas diluar rumah jika tidak mendesak,\" tutup Herwan. (999/151)