BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Sebanyak 62.066 petani kopi di Provinsi Bengkulu diminta untuk bergabung atau membentuk koperasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan atau taraf hidupnya. Karena selama ini, meskipun tren bisnis kopi semakin meningkat, namun taraf hidup para petani kopi tetap berada di level yang rendah atau dapat dikatakan masih dalam kemiskinan.
\"Mayoritas petani kopi masih miskin, karena tidak berkoperasi,\" kata Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Provinsi Bengkulu, Erdiwan SH MSi.
Dengan tidak berkoperasi, membuat pendapatan petani kopi di Bengkulu selalu rendah. Bahkan rendahnya pendapatan tersebut tidak lepas dari adanya tengkulak, yang selama ini memainkan harga di distributor. Sehingga menyebabkan harga kopi yang dijualnya lebih tinggi, ketimbang harga saat membeli langsung dari petani kopi. \"Tanpa koperasi harga akan dimainkan oleh para tengkulak,\" ujarnya.
Ia mencontohkan, saat ini saja, harga biji kopi matang (cherry) di tingkat petani dijual dengan kisaran harga Rp 7.500–Rp 10.500 per kilogramnya, baik itu cherry merah atau cherry kuning. Namun, saat biji kopi itu dijual oleh tengkulak, harganya dapat mencapai Rp 10.500-12.000 per kilogram.
\"Untuk green bean di kisaran 70.000-150.000 per kg, itu arabika. Di tingkat petani yang sudah punya prosesi. Tapi saat ini petani masih banyak yang jual cherry. Sekarang rangenya di 7.500 - 10.500/kg. Biasanya di 10.500-12.000/kg. Karena peran tengkulak,\" jelasnya.
Sementara jika petani menjual dalam bentuk biji kopi kering, dihargai mulai Rp 15.000-Rp 17.000 per kilogramnya. Namun, ketika biji kopi tersebut dijual oleh para tengkulak maka harganya bisa sampai Rp 21.000-Rp 22.000 per kilogram. \"Hal seperti ini jelas akan merugikan petani kopi di Bengkulu,\" tambahnya.
Untuk itu, pihaknya berharap petani kopi di Bengkulu bisa bergabung dengan koperasi. Saat petani kopi bergabung dengan koperasi, maka harga dari para petani itu akan dihimpun oleh koperasi. Sehingga, keuntungan yang didapat, bisa langsung dibagikan pada para petani dalam bentuk Simpanan Hasil Usaha (SHU) atau dapat diberikan dalam bentuk alat-alat pertanian. \"Banyak untungnya bergabung dengan koperasi, tidak ada ruginya karena semua ini juga demi petani,\" tutupnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Ir Ricky Gunarwan mengatakan, pihaknya sudah menyarankan petani kopi di Bengkulu untuk berkoperasi. Bahkan sebagian petani kopi di Bengkulu sudah menjadi anggota koperasi. \"Kita sudah sarankan petani kopi di Bengkulu untuk gabung koperasi, karena banyak manfaatnya dengan bergabung menjadi anggota koperasi,\" tutupnya.(999)