BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Turunnya harga jual kopi robusta di Provinsi Bengkulu diduga akibat pengaruh masuknya kopi impor dari Vietnam ke Provinsi Lampung. Sehingga membuat petani kopi di Bengkulu harus menggigit jari karena daerah tujuan pemasarannya di Lampung sudah dibanjiri oleh kopi dari Vietnam.
\"Kopi yang dihasilkan petani di Bengkulu sebagian besar dikirimkan para toke kopi ke Lampung, kalau memang benar ada kopi impor dari Vietnam yang masuk ke sana jelas akan berpengaruh dengan penjualan kopi lokal,\" ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Pertanian Provinsi Bengkulu, Ir Ricky Gunarwan, kemarin (19/8).
Ancaman kopi impor ini sangat beralasan mengingat kualitas kopi Vietnam sama dengan yang dihasilkan petani di Bengkulu, namun harga jualnya lebih murah dari biji kopi yang di hasilkan petani di Tanah Air. Ia menyebutkan, harga jual biji kopi saat ini berkisar Rp15.000-16.000 per kg. \"Saat ini harga jual biji kopi kering dipengaruhi oleh kualitas biji kopi yang dihasilkan, jika petani menggunakan sistem petik merah maka harga jualnya lebih tinggi dari kualitas biji kopi asalan,\" ujarnya.
Untuk harga jual kopi petik merah, saat ini dihargai para pembeli berkisar Rp 35.000 sampai dengan Rp 40.000 per kg. Harga jual kopi dengan sistem petik merah ini dua kali lipat dari pada kopi petik asalan. Oleh karena itu, untuk mencegah kerugian, pihaknya saat ini sedang mendorong petani lokal guna menerapkan sistem panen petik merah, kemudian membuat olahan biji kopi menjadi bubuk kopi sehingga harga jualnya lebih tinggi.
\"Kita dorong petani kopi untuk menerapkan sistem panen petik merah dan membuat kopi bubuk karena harganya menguntungkan petani,\" tutupnya.
Ketua AEKI Provinsi Bengkulu, Bebby Hussie menyebutkan, dalam waktu yang sama, produksi kopi robusta di Vietnam mengalami penurunan sehingga harganya mengalami kenaikan. Alhasil, selama ini industri dalam negeri yang biasa menggunakan kopi impor dari Vietnam sebagai komoditas untuk menekan harga produksi kopi olahan, mengalihkan konsumsinya ke produk dalam negeri. \"Impor kopi kita, terutama robusta mayoritas datang dari Vietnam. Ketika harga kopi di negara tersebut lebih murah dengan harga di negara kita, produsen pasti memilih menjualnya ke Indonesia. Padahal kopi Vietnam kan kualitasnya di bawah kopi Indonesia,\" tutupnya.(999)