Peternak Ayam Mulai Menjerit

Senin 01-07-2019,08:40 WIB
Reporter : Redaksi Terkini
Editor : Redaksi Terkini

Stok Melimpah, Harga Anjlok

BENGKULU, Bengkulu Ekspress- Peternak ayam rakyat dan peternak mandiri di Bengkulu mulai menjerit. Pasalnya, stok ayam melimpah tetapi harga jual ayam hidup (livebird) tengah terjerembab di titik terendahnya. Perwakilan PT Ciomas Bengkulu, I Made mengatakan, saat ini terjadi kelebihan pasokan (oversupply) ayam, sehingga berdampak pada harga livebird di tingkat peternak (farmgate) yang mencapai titik terendah Rp 15.500 per kilogram (kg). Padahal, harga pokok produksi (HPP) peternak minimum ada di kisaran Rp 18.500/kg. Artinya, ada kerugian sebesar Rp 3.000 yang mengakibatkan para peternak merana.

\"Kondisi yang tidak terselesaikan ini menggambarkan terjadi situasi bottle neck [penyumbatan] di level ukuran ayam besar yang menyebabkan ayam hidup semua ukuran tergeser pada kondisi harga jual jauh di bawah HPP,\" kata Made, kemarin (30/6).

Ia mengatakan, kondisi peternak rakyat dan peternak mandiri secara usaha sudah tidak sanggup menahan beban biaya pemeliharaan. Meskipun Pemerintah Pusat telah memperbaiki kondisi ini dengan melakukan pengurangan produksi bibit ayam (day old chicken final stock/ DOC FS) di perusahaan pembibitan (integrator) yang dimulai sejak 24 Juni kemarin juga nyatanya tidak berdampak psikologis dan riil terhadap perbaikan harga livebird.\"Logikanya, pengurangan produksi bibit diharapkan dapat mengurangi pasokan sehingga bisa mengerek harga ayam, tetapi nyatanya tidak,\" kata Made.

Ia mengungkapkan, peternak ayam di Bengkulu sudah meluapkan kekesalannya dengan membagi-bagi dan menjual ayam hidup dengan harga murah. Lucunya, dengan harga yang sedemikian rendah di tingkat peternak, harga daging ayam di tingkat konsumen terpantau normal-normal saja dan tak ada penurunan harga signifikan.\"Harganya di pasar masih normal di angka Rp 38 ribu sampai Rp 40 ribu per kgnya,\" ujar Made.

Sementara itu, Distributor Ayam Potong sekaligus Direktur CV Memey Tun Ite (MTI), Fauzy mengatakan, kalangan peternak ayam potong di Provinsi Bengkulu terancam bangkrut menyusul turunnya harga jual ayam sejak beberapa waktu belakangan. Saat ini harga jual ayam potong dalam kondisi hidup di tingkat peternak Rp15.500 per kg, harga ini mengalami penurunan yang signifikan sejak lebaran Idul Fitri lalu.

\"Saat ini harganya cuma Rp15.500 per kg, harga ini sudah mengalami penurunan signifikan dari harga jual kami mendekati lebaran Idul Fitri lalu yang bisa mencapai Rp24.000-25.000 per kg,\" ujar Fauzy.

Anjloknya harga jual ayam di sejumlah provinsi di Jawa terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah serta beberapa daerah lainnya kata dia, juga berpengaruh terhadap harga jual di sejumlah di Sumatera termasuk Provinsi Bengkulu di mana harga jual dibawah biaya produksi sehingga kalangan peternak mandiri terancam merugi.

\"Sejauh ini kalangan peternak mandiri sudah ada beberapa orang yang menghentikan usahanya, sedangkan untuk wilayah Kota Lubuklinggau, Sumsel, saat ini sudah tidak ada lagi peternak mandiri dan hanya tersisa peternak yang bermitra dengan pelaku usaha peternakan besar,\" tuturnya.

Dijelaskannya, kalangan peternak akan mendapatkan keuntungan jika harga jual ayam hidup minimal Rp 18.500 per kg, mengingat harga pakan dan obat-obatan peternakan saat ini mengalami kenaikan. Untuk itu, pihaknya berharap, pemerintah pusat dapat menormalkan kembali harga jual ayam potong ditingkat peternak serta membuat regulasi yang menguntung peternak dengan diiringi kompetisi yang sehat antar perusahaan besar salah satunya dengan membatasi suplay DOC atau anakan ayam. \"Kami berharap pemerintah bisa menormalkan harga jual ayam potong di tingkat peternak,\" tutupnya.(999)

Tags :
Kategori :

Terkait