Terkait budidaya Sengon ini, kemarin Bupati Kepahiang, Bando Amin C Kader sebagai pioner pembudidaya Sengon di Bengkulu menggandeng akademisi dari Universitas Bengkulu. Dengan melakukan bedah ilmiah budidaya sengon yang bertemakan, program budidaya sengon sebagai solusi peningkatan perekonomian masyarakat Bengkulu. Bedah ilmiah ini berlangsung di Aula Badan Informasi dan komunikasi Universitas Bengkulu, dan berlangsung kurang lebih 1 jam lamanya.
Usai bedah ilmiah, Bupati Bando Amin C Kader menggelar jumpa pers. Dituturkannya pembudidayaan sengon bukan hanya program spontanitas dilakukan di Bengkulu, namun telah dilakukan dan dibuktikan di Pulau Jawa terutama dikabupaten Wonosobo. Disana bupati dan masyarakatnya telah berpacu dalam pembudidayaan sengon.
Keberhasilan itulah yang ditiru dan diterapkan Bando Amin di Bengkulu. Memang ada ketakutan kegagalan dalam pembudiyaan tanaman ini. Namun Bupati meyakinkan diri dan terus belajar dan melakukan studi ke pulau jawa, selanjutnya direalisasikan dengan pembuatan kebun sengon dan pabrikasinya di Bengkulu. \'\'Program sengon ini bukan hanya spontanitas, tapi mulai bekerja dan mengoperasikan. \" Sekarang sudah ada lahan dan pabrikasi yang kita buat, \" katanya.
Prospek pembudidayaan sengon sangat luar biasa, potensi pemasaran sengon sangat besar di negara China. Kebutuhan kayu sengon disana sangat tinggi,sehingga memberikan peluang bagi warga bengkulu untuk banyak mengirim bahan baku itu ke china. \" Pabrik di China sudah banyak yang berhenti beroperasi. Karena terkendala dengan tidak adanya bahan baku. Ini kesempatan kita, \" katanya. Untuk mengolah hasil kayu, dibutuhkan pabrikasi yakni dalam berbagai bentuk kayu olahan, seperti triplek, plywood/kayu lapis pallet, industri korek api, papan partikel dan banyak lagi. Dalam Pabrikasi itu Bupati Bando bekerjasama dengan bayern dari china, dan tenaganya melibatkan pemuda-pemuda lokal di Bengkulu.
\'\'Sistem bayern ini pemasaranya enak. Karena tidak harus memenuhi volume yang besar. Untuk pengirimanya ke China kita melalui samudera laut pelabuhan internasional. Sayangnya di Bengkulu kita belum memiliki pelabuhan yang standar, sehingga untuk pengiriman bahan itu masih harus membawa ke Palembang, Sumatera Selatan. Kemudian baru diterima di Pelabuhan Shanghai, China,\'\' imbuh Bupati Bando, yang juga selaku pemilik Universitas Dehasen ini.(**)