Kasubag Humas RSUD M Yunus, Sukarmen kepada bengkuluekspress.com, Kamis (21/2/19), menuturkan, meninggalnya bayi buah hati pasangan suami istri Sudarmono (37) dan Sunarsih (38) itu bukan disebabkan padamnya listrik.
\"Memang benar saat itu listrik padam sekitar 5 menit, tetapi alat penunjang kehidupan di inkubator itu masih menyala karena kita punya tenaga cadangan untuk mengantisipasi listrik mati,\" kata Sukarmen.
Sukarmen menjelaskan, bayi kembar itu lahir secara prematur dengan bobot sangat rendah 800 gram.
\"Kita juga sudah memberi penjelasan ke keluarga korban kalau kondisi bayi mereka kritis,\" ungkapnya.
Saat itu, ditambahkan Sukarmen, kondisi bayi yang kritis memang sudah mendapatkan perawatan dan penanganan medis secara intensif oleh perawat ruangan dan dokter. Mengingat usia bayi tersebut baru 6 bulan 3 minggu yang terlahir secara normal dalam kondisi lemah.
Sementara itu, Desi Susanti, selaku Ketua Komite Perawat RSMY mengatakan, inkubator di ruangan tersebut sudah memiliki tenaga cadangan apabila listrik padam. Pihak rumah sakit juga sudah melakukan upaya maksimal dalam melakukan tindakan perawatan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku.
\"Ya inkubator itu mempunyai tenaga cadangan yang mampu hidup selama 8 jam ketika listrik padam. Sejatinya orang tua sang bayi ini sudah kita berikan pemahaman saat itu tentang keadaan bayinya yang lahir dengan bobot rendah dan kondisinya sudah sangat lemah. Dan riwayatnya memang pasien sebelumnya juga sempat dirawat di rumah sakit lain sebelum ke RSMY,\" ujarnya.
Setelah diberi penjelasan oleh manajemen rumah sakit, keluarga bayi menyatakan telah mengikhlaskan kepergian buah hatinya dan tak melakukan upaya penuntutan kepada pihak rumah sakit. Keluarga meyakini meninggalnya kedua buah hatinya merupakan kehendak Yang Kuasa. (Imn)