BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Beras lokal hasil panen para petani di Bengkulu belum terserap maksimal. Hal ini disebabkan banyaknya para petani menjual beras langsung ke pasar ataupun pedagang. \"Beras lokal yang ditampung Bulog hanya 500 ton, padahal kapasitas daya tambung untuk beras lokal mencapai 3 ribu ton,\" kata Kepala Gudang Bulog Devisi Regional (Divre) Bengkulu, Yusrizal, kemarin (29/10).
Minimnya jumlah beras yang berhasil diserap Bulog karena sebagian besar beras hasil panen petani di Bengkulu dijual langsung ke pasar dan pedagang pengumpul yang langsung mendatangi tempat-tempat penggilingan padi di sentra produksi padi.
Dengan demikian, beras petani yang bisa ditampung Bulog Bengkulu saat berlangsung panen raya tidak maksimal. \"Begitu juga dengan gabah setiap tahun sedikit sekali yang bisa dibeli oleh Bulog. Hal ini terjadi karena petani tidak terbiasa menjual gabah saat panen, tapi mereka lebih suka menjual beras,\" ujar Yusrizal.
Menanggapi hal tersebut, pihaknya akan mengoptimalkan pembelian beras dan gabah petani saat berlangsung panen raya di sejumlah kabupaten di Provinsi Bengkulu, sehingga stok beras yang dimiliki Bulog mayoritas berasal dari beras lokal. Selain itu, dibutuhkan juga peran petani agar mau menjual berasnya kepada bulog. Hal tersebut tentu baik untuk petani dan masyarakat.
\"Kalau petani mau menjual berasnya kepada masyarakat, maka harga beras di pasar juga bisa stabil dan tidak ada permainan harga,\" tutupnya.
Beberapa petani di Kota Bengkulu mengaku enggan menjual gabah ke Perum Badan Urusan Logistik (Bulog). Mereka mengaku, menjual beras ke tengkulak lebih menguntungkan karena para tengkulak berani membeli gabah dengan harga yang jaih lebih tinggi.
Menurut salah seorang petani di Kota Bengkulu, Johan mengatakan, para tengkulak membeli gabah dari petani dengan harga sekitar Rp 5.500 per Kg. Harga ini lebih tinggi ketimbang Harga Pembelian Petani (HPP) yang ditetapkan Bulog sebesar Rp 4.500 per Kg. \"Menjual ke Bulog itu rugi. Harganya jauh sekali, lebih untung jual ke tengkulak,\" ujar Johan.
Mendengar hal tersebut, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Ir Ricky Gunarwan mengimbau para petani agar mau menjual gabahnya ke Bulog. Hal tersebut membantu mewujudkan swasembada pangan di Provinsi Bengkulu.
\"Jangan begitu dong. Kita sudah bantu pupuk, kita bantu traktor. Kok petani tidak mau bantu pemerintah, ini juga untuk kebaikan bersama,\" tutupnya. (999)